HAAYYYY !!!!!
Ya ampuuuun, apa kabar nih blog saya ? *bersih-bersih debu* Dasar emang si ayu kang kibul yak. Terakhir janjinya mau update blog tiap hari sampai ikutan 30 days blog challange, terakhir posting ? 2 taun lalu ! Keterlaluan emang.
Nah nah, saya lagi gatel nih pengen sharing libur lebaran bersama #lebaransquad saya kemarin. Sebenernya banyak banget trip-trip yang belum sempet saya review padahal pengen banget duh ! Pe-er saya yak untuk tetap rajin update blog kedepandusta.
Jadi setelah sukses dengan road trip Central Java di lebaran tahun lalu, kali ini #lebaransquad mau liburan ke tempat yang agak effort dikit yaitu Lombok ! yeaaayy *prok prok prok*
Kali ini, kami prepare banget untuk penginapan. Bayangin aja, hampir sebulan kami tek-tok diskusi soal penginapan ini. Sebagian ada yang ingin penginapan yang bagus dan nyaman, maklum udah mulai uzur jadi kalau liburan mulai gamau tidur asal tidur lagi. Sebagian lagi berusaha sekuat mungkin nge-rem budget penginapan ini. "Inga-inga, masih ada 7 hari kedepan selain tidur doang !*wink*"
Sampai berkenalan lah kita semua dengan situs airbnb, situs online yang menyediakan akomodasi di seluruh dunia. Wawww wawwww *heboh*.
Buat yang gatau airbnb bisa langsung gugling sendiri ya, saya males jelasinnya. Pokoknya yang saya suka, airbnb ini menawarkan pilihan penginapan yang lebih beragam dari situs sejenisnya. Hotel-hotel kecil, bed & breakfast, homestay pribadi, semuanya ada disini.
Yang saya ga suka ? Pilihan pembayarannya cuma bisa pake cc, cih. Kadang harganya bisa jadi lebih mahal dibanding bayar langsung di hotel karena selain biaya kamar tekadang ada biaya service fee (besarnya tergantung kebijakan yang punya akomodasi), terus nih rupiah ngga diakui mata uang nya dalam situs ini zzzzzzzzz. Mau gamau transaksi rate nya mesti dollar, dan ini nanti kena charge lagi di cc saat di convert ke rupiah. Cih, legalkan rupiah dong !
Oke skip, saya ga sabar mau langsung mulai review liburannya aja !
Day 1 - 16 Jun 2018
Yha, ini hari kedua lebaran tapi kami semua sudah caw liburan. Ckckckck, anak anak macam apa kalian. Meeting point di bandara Soetta, take off pukul 20.00 dan tiba di lombok pukul 22.55 (1h 55m flight plus perbedaan zona waktu +1 jam). Sekedar saran, bawa headset, buku atau apapun yang bisa kalian pakai untuk killing time. Jangan kek teman-teman saya yang saking gabutnya bacain safety instruction bolak-balik sampai hapal.
Tiba di lombok, ada berbagai opsi taksi/travel dari bandara dengan harga beragam. Kami memilih naik taksi gelap, dengan rate 200k/mobil diantar sampai hotel kami di area Kuta, Lombok Tengah dengan waktu tempuh 30 menit.
Hotel pertama kami ini namanya Airas Homestay, lokasinya agak tricky karena dari jalan raya dia masuk lagi ke jalan kecil. Ada papan nama sederhana kok di pinggir jalan, tapi kadang nyaru ga keliatan gitu. Sekitar 200 meter dari jalan raya baru deh ketemu si Airas homestay ini. Lokasi jalannya sendiri sepi banget, bukan daerah hingar bingar dan minim penduduk juga. Sepanjang jalan disekitar homestay yang saya lihat banyak papan nama homestay-homestay juga dibanding rumah penduduk. Well, ini bagus buat kami yang lebih suka daerah sepi begini untuk istirahat (sekali lagi faktor uzur).
Hari pertama kami ngga ngapa-ngapain dan langsung istirahat. Airas homestay ini tempat kami menginap untuk 3D2N kedepan.
Day 2 - 17 Jun 2018
Di pagi hari, lokasi si Airas ini baru keliatan wujudnya. Aduuuuh cakep banget bikin pusing. Kamarnya terdiri dari bungalow-bungalow bilik beratapkan jerami. Ada sembilan bungalow ditengah taman rumput cantik. Airas ini dikelilingi hutan kecil dan rangkaian pohon kelapa. Bye polusi, bye asap knalpot, bye hingar bingar cafe, kami ngga kenal tuh. *huh, sombong*
Kami sarapan di bangunan terpisah yang merangkap resepsionis dan dapur. Dimana biasanya si bule yang punya penginapan, Simon, dan istrinya nongkrong di meja resepsionis sambil puterin lagu-lagu asik. Oh iya rate Airas Homestay ini semalem cuma 200k udah include sarapan loh guys ! Waduh parah banget kan. Kacau kacau ! Sebagus ini *menitikan air mata*
Sarapannya bervariasi dari roti dan telur (omelette, scramble, hard boiled, you choose it !), roti dan selai, bubur oats dan buah buahan, oh their breads are homemade and served fresh from the oven loh *sluuurpp*. Staff nya juga ramah banget, setiap sarapan kami selalu disapa dengan senyum sehangat matahari *unch*
Selesai sarapan kami mengujungi desa wisata Dusun Sasak Sade, disini adalah dusun tradisional dimana penduduknya masih memepertahankan budaya dan tradisi dari leluhur mereka, mulai dari bentuk bangunan yang ditempati, adat istiadat, tarian, permainan dan lain-lain. Begitu tiba, kami langsung disambut oleh warga lokal yang memperkenalkan diri sebagai guide resmi dusun sasak sade. Rule nya adalah setiap tamu yang datang either perorangan/grup mesti ditemani oleh satu orang guide yang merupakan warga asli dusun sasak sade. Untuk biaya nya dikenakan seikhlasnya.
Rumah-rumah di dusun sade semuanya masih menggunakan bangunan tradisional, lantai rumahnya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Penduduknya semuanya masih merupakan satu keturunan karena masyarakatnya mempraktekan menikah antar saudara untuk menjaga adat istiadat mereka *incest*. Oh cara pernikahannya juga unik, si pengantin perempuan diculik dulu nih sebelum dinikahi. Jadi harus dipaksa gitu, ga ada pacar-pacaran. Cocok nih saya disana, "culik aku bang, culik! culik gue ga heh ! buruan elah !"
Mata pencaharian penduduknya adalah bertani, jadi guide lokal, dan menenun. Yeap inilah alasan kami kemari, mau belanja kain hahaha jiwa emak-emaknya muncul. Kain lombok kenapa bagus-bagus banget ya Allah *hiks* keluar desa tentengannya banyak.
Siangnya kami menuju tanjung Aan, karena lihat foto-foto nya di instagram kok bagus banget yak. Kami membulatkan tekad mau berenang. Bodo amat tengah hari bolong, saya mau berenang ! Dan sampailah kami sekitar jam satu siang di tanjung Aan yang jeng jeng jeng, rame banget naudzubillah.
Akhirnya kami putuskan makan siang dulu di Tanjung Aan resto, yang yah lumayan lah makanannya sambil nunggu pantai yang ternyata ga sepi sepi. Akhirnya kami cuma leyeh-leyeh sambil sewa kursi pantai sambil memperhatikan keramaian. Mau berenang juga udah ngga mood !
Sore menjelang sunset, we move our lazy ass ke bukit merese untuk nonton sunset. Menyusuri pantai tanjung aan, bukit merese ini ditempuh hanya 1 km perjalanan. Diatas bukit udah banyak banget manusia yang emang niatnya nonton sunset seperti kami. Macem nonton sunrise dari sikunir bedanya bukit nya agak lebih luas lagi dan view nya juga lebih amazing lagi.
Melihat pemandangan matahari terbenam dengan langit berwarna jingga menyapu landscape bukit merese yang sedang berwarna coklat, dibalik bukit terhampar lautan dengan warna warni senja. Ya Gustiiiiiiiii, rasanya pengen nangis aja liat pemandangan begini.
Pulang dari bukit merese kami mampir makan seafood di salah satu restaurant di daerah Kuta yang makanannya *yuck* ngga worth it. Mahal, ikannya berbau dan ngga segar, ah failed banget deh. Sepanjang jalan Kuta ini banyak banget western restaurant yang menawarkan pizza dan makanan "bule" lainnya. Tapi perut kami lapar maunya makan nasi dan ikan bakar ! Yang ujung-ujungnya malah failed kesaal.
Setelah bersih-bersih dan mandi (balik-balik kamar sudah dirapikan yeaay), kami gelar kain di hamparan rumput di depan kamar dan nonton bintang ! serius ! Lokasi si airas yang seclude dan dikelilingin hutan ini, ditambah minimnya penerangan di kala malam, bikin bintang-bintang bertaburan bisa kita saksikan langsung di depan kamar. Woooowwww !! Kami tidur-tiduran diatas rumput sambil menikmati indahnya malam *uhuyyy*.
Day 3 - 18 Jun 2018
Pagi ini setelah sarapan, kami masih bm ingin berenang. Berangkatlah kami ke pantai Mawun yang berjarak hanya 15 menit naik mobil dari homestay. Oh iya selama di lombok ini kami menyewa mobil milik seorang teman agar bisa lepas kunci. Jarak yang jauh antar destinasi dan seringnya kami berpindah hotel tentu akan menjadi kendala kalau harus sewa mobil dengan supir.
Ngga gagal ternyata pantai mawun, berbanding terbalik dengan tanjung aan yang tumpah ruah, di mayun ini sepi sekali pemirsaaaaaa. Ombaknya memang agak besar macam di dreamland, Bali, tapi bodo amat. Ngga kuat ingin berenaaang.
Kami puas sekali menghabiskan waktu di Pantai Mawun ini, kami berenang, berjemur, main pasir, selfie sampai jogging, gustii ku bahagia sekaleeee. KU HEPPIIIIIIII ❤❤❤
Pulang ke homestay, check out, bye Simon ! Thanks for your hospitality ! Kami melanjutkan perjalanan ke kaki gunung rinjani, yaitu ke desa sembalun. Yahhh walaupun ngga sampai naik rinjani, boleh dong menyenangkan hati liat rinjani dari kakinya aja. yha ?
Di perjalanan kami mampir ke desa tenun sukarare. Berbeda dengan Desa Sasak Sade yang notabene memang untuk wisata, desa tenun sukarare ini literally kampung warga biasa. Beberapa rumah warga membuka toko hasil tenun mereka di depan rumah. Tau nggak? Harga kain disini lebih murah dari di desa sasak sade ! ugh ! belanja kain lagi, ya lord emang emak-emak jiwanya.
Perjalanan ke sembalun memakan waktu tempuh sekitar tiga jam. Kami singgah di kota mataram untuk makan siang di sate rembiga. Sate daging sapi dibalut bumbu khas waduh enak banget sih ini. Padahal saya kurang suka sate sapi loh, tapi entah kenapa sate rembiga ini kok enak banget.
Menjelang matahari terbenam kami masih jauh dari penginapan yang kami tuju, menyempatkan singgah sebentar di pantai random yang kami temukan untuk menikmati sunset sambil chillin'.
Pukul delapan malam tibalah kami di sembalun, segera menuju penginapan yang sudah kami booking untuk 3D2N kedepan Saifana Organic Farm, aksesnya tepat berada di pinggir jalan. Tapi sumpah ya sepanjang jalan menuju penginapan itu sepi banget.
Begitu masuk, kami diarahkan menuju tengah kebun. Gelap-gelapan melewati kebun-kebun betapa kagetnya ketika di tengah kami disambut meja makan dari marmer putih yang diatasnya sudah disetting ala ala table fancy dinner.
Diterangi cahaya dari lentera yang digantung di atas meja, wuaduh parah banget sih magical banget suasananya. Rasanya ingin nangis mulu hahahaha. Di tepi meja ada seorang bule wanita yang menyapa ramah dengan bahasa indonesia yang lancar "Hallo, selamat malam ! selamat datang ! mau langsung ke kamar ? Apa mau disiapkan makan malam juga?"
Gustiiiiii sedang ada dimana saya ini ???
Karena lokasi penginapan yang lagi-lagi di remote area dan kami tidak melihat adanya tanda-tanda warung makan di sekitar, kami request untuk disiapkan makan malam sekalian. Sambil menunggu makanan tersaji kami diantar ke bungalow masing-masing.
Hanya ada 5 bungalow di Saifana ini, dan jarak antar bungalow nya cukup jauh. Kami melewati jalan setapak besar dimana kanan kirinya berderet kebun sayur dan tanaman-tanaman lain. Saat sedang membereskan tas, Sofie, bule wanita yang menyapa kami tadi datang ke masing-masing kamar untuk memberikan welcome drink berupa ice lemongrass tea yang disajikan dengan sedotan bambu ! Wadaawwww ! Organic sekaleeee, kalah nih starbucks yang katanya lagi kampanye no plastic straw !
Semua kamar ditenagai dengan tenaga matahari, jadi listrik hanya beroperasi pukul 19.00 - 06.00 pagi. Wadaawww lagi, save energy for better environment yah huhuhu keren. Oh iya, baik Saifana maupun Airas kemarin merupakan penginapan tanpa AC, tapi no worry, ac cuma klean butuhkan kalau di jakarta kok, tanpa ac pun tidur udah nyenyak bingits.
Kami berkumpul di tengah kebun untuk makan malam, menunya ada sayur pare, bakwan jagung, telur dadar, ikan kembung, ya Allah semuanya makanan home made ! Enak-enak banget, apalagi makannya sambil kumpul begini. Pak Sutikno, pemilik penginapan juga suaminya Sofie bilang
Speechless akutuuu...
Ya ampuuuun, apa kabar nih blog saya ? *bersih-bersih debu* Dasar emang si ayu kang kibul yak. Terakhir janjinya mau update blog tiap hari sampai ikutan 30 days blog challange, terakhir posting ? 2 taun lalu ! Keterlaluan emang.
Nah nah, saya lagi gatel nih pengen sharing libur lebaran bersama #lebaransquad saya kemarin. Sebenernya banyak banget trip-trip yang belum sempet saya review padahal pengen banget duh ! Pe-er saya yak untuk tetap rajin update blog kedepan
Jadi setelah sukses dengan road trip Central Java di lebaran tahun lalu, kali ini #lebaransquad mau liburan ke tempat yang agak effort dikit yaitu Lombok ! yeaaayy *prok prok prok*
Kali ini, kami prepare banget untuk penginapan. Bayangin aja, hampir sebulan kami tek-tok diskusi soal penginapan ini. Sebagian ada yang ingin penginapan yang bagus dan nyaman, maklum udah mulai uzur jadi kalau liburan mulai gamau tidur asal tidur lagi. Sebagian lagi berusaha sekuat mungkin nge-rem budget penginapan ini. "Inga-inga, masih ada 7 hari kedepan selain tidur doang !*wink*"
Sampai berkenalan lah kita semua dengan situs airbnb, situs online yang menyediakan akomodasi di seluruh dunia. Wawww wawwww *heboh*.
Buat yang gatau airbnb bisa langsung gugling sendiri ya, saya males jelasinnya. Pokoknya yang saya suka, airbnb ini menawarkan pilihan penginapan yang lebih beragam dari situs sejenisnya. Hotel-hotel kecil, bed & breakfast, homestay pribadi, semuanya ada disini.
Yang saya ga suka ? Pilihan pembayarannya cuma bisa pake cc, cih. Kadang harganya bisa jadi lebih mahal dibanding bayar langsung di hotel karena selain biaya kamar tekadang ada biaya service fee (besarnya tergantung kebijakan yang punya akomodasi), terus nih rupiah ngga diakui mata uang nya dalam situs ini zzzzzzzzz. Mau gamau transaksi rate nya mesti dollar, dan ini nanti kena charge lagi di cc saat di convert ke rupiah. Cih, legalkan rupiah dong !
Oke skip, saya ga sabar mau langsung mulai review liburannya aja !
Day 1 - 16 Jun 2018
Yha, ini hari kedua lebaran tapi kami semua sudah caw liburan. Ckckckck, anak anak macam apa kalian. Meeting point di bandara Soetta, take off pukul 20.00 dan tiba di lombok pukul 22.55 (1h 55m flight plus perbedaan zona waktu +1 jam). Sekedar saran, bawa headset, buku atau apapun yang bisa kalian pakai untuk killing time. Jangan kek teman-teman saya yang saking gabutnya bacain safety instruction bolak-balik sampai hapal.
Tiba di lombok, ada berbagai opsi taksi/travel dari bandara dengan harga beragam. Kami memilih naik taksi gelap, dengan rate 200k/mobil diantar sampai hotel kami di area Kuta, Lombok Tengah dengan waktu tempuh 30 menit.
Hotel pertama kami ini namanya Airas Homestay, lokasinya agak tricky karena dari jalan raya dia masuk lagi ke jalan kecil. Ada papan nama sederhana kok di pinggir jalan, tapi kadang nyaru ga keliatan gitu. Sekitar 200 meter dari jalan raya baru deh ketemu si Airas homestay ini. Lokasi jalannya sendiri sepi banget, bukan daerah hingar bingar dan minim penduduk juga. Sepanjang jalan disekitar homestay yang saya lihat banyak papan nama homestay-homestay juga dibanding rumah penduduk. Well, ini bagus buat kami yang lebih suka daerah sepi begini untuk istirahat (sekali lagi faktor uzur).
Hari pertama kami ngga ngapa-ngapain dan langsung istirahat. Airas homestay ini tempat kami menginap untuk 3D2N kedepan.
Day 2 - 17 Jun 2018
Di pagi hari, lokasi si Airas ini baru keliatan wujudnya. Aduuuuh cakep banget bikin pusing. Kamarnya terdiri dari bungalow-bungalow bilik beratapkan jerami. Ada sembilan bungalow ditengah taman rumput cantik. Airas ini dikelilingi hutan kecil dan rangkaian pohon kelapa. Bye polusi, bye asap knalpot, bye hingar bingar cafe, kami ngga kenal tuh. *huh, sombong*
Kami sarapan di bangunan terpisah yang merangkap resepsionis dan dapur. Dimana biasanya si bule yang punya penginapan, Simon, dan istrinya nongkrong di meja resepsionis sambil puterin lagu-lagu asik. Oh iya rate Airas Homestay ini semalem cuma 200k udah include sarapan loh guys ! Waduh parah banget kan. Kacau kacau ! Sebagus ini *menitikan air mata*
Sarapannya bervariasi dari roti dan telur (omelette, scramble, hard boiled, you choose it !), roti dan selai, bubur oats dan buah buahan, oh their breads are homemade and served fresh from the oven loh *sluuurpp*. Staff nya juga ramah banget, setiap sarapan kami selalu disapa dengan senyum sehangat matahari *unch*
Selesai sarapan kami mengujungi desa wisata Dusun Sasak Sade, disini adalah dusun tradisional dimana penduduknya masih memepertahankan budaya dan tradisi dari leluhur mereka, mulai dari bentuk bangunan yang ditempati, adat istiadat, tarian, permainan dan lain-lain. Begitu tiba, kami langsung disambut oleh warga lokal yang memperkenalkan diri sebagai guide resmi dusun sasak sade. Rule nya adalah setiap tamu yang datang either perorangan/grup mesti ditemani oleh satu orang guide yang merupakan warga asli dusun sasak sade. Untuk biaya nya dikenakan seikhlasnya.
Rumah-rumah di dusun sade semuanya masih menggunakan bangunan tradisional, lantai rumahnya dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Penduduknya semuanya masih merupakan satu keturunan karena masyarakatnya mempraktekan menikah antar saudara untuk menjaga adat istiadat mereka *
Mata pencaharian penduduknya adalah bertani, jadi guide lokal, dan menenun. Yeap inilah alasan kami kemari, mau belanja kain hahaha jiwa emak-emaknya muncul. Kain lombok kenapa bagus-bagus banget ya Allah *hiks* keluar desa tentengannya banyak.
Siangnya kami menuju tanjung Aan, karena lihat foto-foto nya di instagram kok bagus banget yak. Kami membulatkan tekad mau berenang. Bodo amat tengah hari bolong, saya mau berenang ! Dan sampailah kami sekitar jam satu siang di tanjung Aan yang jeng jeng jeng, rame banget naudzubillah.
Akhirnya kami putuskan makan siang dulu di Tanjung Aan resto, yang yah lumayan lah makanannya sambil nunggu pantai yang ternyata ga sepi sepi. Akhirnya kami cuma leyeh-leyeh sambil sewa kursi pantai sambil memperhatikan keramaian. Mau berenang juga udah ngga mood !
Sore menjelang sunset, we move our lazy ass ke bukit merese untuk nonton sunset. Menyusuri pantai tanjung aan, bukit merese ini ditempuh hanya 1 km perjalanan. Diatas bukit udah banyak banget manusia yang emang niatnya nonton sunset seperti kami. Macem nonton sunrise dari sikunir bedanya bukit nya agak lebih luas lagi dan view nya juga lebih amazing lagi.
Melihat pemandangan matahari terbenam dengan langit berwarna jingga menyapu landscape bukit merese yang sedang berwarna coklat, dibalik bukit terhampar lautan dengan warna warni senja. Ya Gustiiiiiiiii, rasanya pengen nangis aja liat pemandangan begini.
Pulang dari bukit merese kami mampir makan seafood di salah satu restaurant di daerah Kuta yang makanannya *yuck* ngga worth it. Mahal, ikannya berbau dan ngga segar, ah failed banget deh. Sepanjang jalan Kuta ini banyak banget western restaurant yang menawarkan pizza dan makanan "bule" lainnya. Tapi perut kami lapar maunya makan nasi dan ikan bakar ! Yang ujung-ujungnya malah failed kesaal.
Setelah bersih-bersih dan mandi (balik-balik kamar sudah dirapikan yeaay), kami gelar kain di hamparan rumput di depan kamar dan nonton bintang ! serius ! Lokasi si airas yang seclude dan dikelilingin hutan ini, ditambah minimnya penerangan di kala malam, bikin bintang-bintang bertaburan bisa kita saksikan langsung di depan kamar. Woooowwww !! Kami tidur-tiduran diatas rumput sambil menikmati indahnya malam *uhuyyy*.
Day 3 - 18 Jun 2018
Pagi ini setelah sarapan, kami masih bm ingin berenang. Berangkatlah kami ke pantai Mawun yang berjarak hanya 15 menit naik mobil dari homestay. Oh iya selama di lombok ini kami menyewa mobil milik seorang teman agar bisa lepas kunci. Jarak yang jauh antar destinasi dan seringnya kami berpindah hotel tentu akan menjadi kendala kalau harus sewa mobil dengan supir.
Ngga gagal ternyata pantai mawun, berbanding terbalik dengan tanjung aan yang tumpah ruah, di mayun ini sepi sekali pemirsaaaaaa. Ombaknya memang agak besar macam di dreamland, Bali, tapi bodo amat. Ngga kuat ingin berenaaang.
Kami puas sekali menghabiskan waktu di Pantai Mawun ini, kami berenang, berjemur, main pasir, selfie sampai jogging, gustii ku bahagia sekaleeee. KU HEPPIIIIIIII ❤❤❤
Pulang ke homestay, check out, bye Simon ! Thanks for your hospitality ! Kami melanjutkan perjalanan ke kaki gunung rinjani, yaitu ke desa sembalun. Yahhh walaupun ngga sampai naik rinjani, boleh dong menyenangkan hati liat rinjani dari kakinya aja. yha ?
Di perjalanan kami mampir ke desa tenun sukarare. Berbeda dengan Desa Sasak Sade yang notabene memang untuk wisata, desa tenun sukarare ini literally kampung warga biasa. Beberapa rumah warga membuka toko hasil tenun mereka di depan rumah. Tau nggak? Harga kain disini lebih murah dari di desa sasak sade ! ugh ! belanja kain lagi, ya lord emang emak-emak jiwanya.
Perjalanan ke sembalun memakan waktu tempuh sekitar tiga jam. Kami singgah di kota mataram untuk makan siang di sate rembiga. Sate daging sapi dibalut bumbu khas waduh enak banget sih ini. Padahal saya kurang suka sate sapi loh, tapi entah kenapa sate rembiga ini kok enak banget.
Menjelang matahari terbenam kami masih jauh dari penginapan yang kami tuju, menyempatkan singgah sebentar di pantai random yang kami temukan untuk menikmati sunset sambil chillin'.
Pukul delapan malam tibalah kami di sembalun, segera menuju penginapan yang sudah kami booking untuk 3D2N kedepan Saifana Organic Farm, aksesnya tepat berada di pinggir jalan. Tapi sumpah ya sepanjang jalan menuju penginapan itu sepi banget.
Begitu masuk, kami diarahkan menuju tengah kebun. Gelap-gelapan melewati kebun-kebun betapa kagetnya ketika di tengah kami disambut meja makan dari marmer putih yang diatasnya sudah disetting ala ala table fancy dinner.
Diterangi cahaya dari lentera yang digantung di atas meja, wuaduh parah banget sih magical banget suasananya. Rasanya ingin nangis mulu hahahaha. Di tepi meja ada seorang bule wanita yang menyapa ramah dengan bahasa indonesia yang lancar "Hallo, selamat malam ! selamat datang ! mau langsung ke kamar ? Apa mau disiapkan makan malam juga?"
Gustiiiiii sedang ada dimana saya ini ???
Hanya ada 5 bungalow di Saifana ini, dan jarak antar bungalow nya cukup jauh. Kami melewati jalan setapak besar dimana kanan kirinya berderet kebun sayur dan tanaman-tanaman lain. Saat sedang membereskan tas, Sofie, bule wanita yang menyapa kami tadi datang ke masing-masing kamar untuk memberikan welcome drink berupa ice lemongrass tea yang disajikan dengan sedotan bambu ! Wadaawwww ! Organic sekaleeee, kalah nih starbucks yang katanya lagi kampanye no plastic straw !
Semua kamar ditenagai dengan tenaga matahari, jadi listrik hanya beroperasi pukul 19.00 - 06.00 pagi. Wadaawww lagi, save energy for better environment yah huhuhu keren. Oh iya, baik Saifana maupun Airas kemarin merupakan penginapan tanpa AC, tapi no worry, ac cuma klean butuhkan kalau di jakarta kok, tanpa ac pun tidur udah nyenyak bingits.
Kami berkumpul di tengah kebun untuk makan malam, menunya ada sayur pare, bakwan jagung, telur dadar, ikan kembung, ya Allah semuanya makanan home made ! Enak-enak banget, apalagi makannya sambil kumpul begini. Pak Sutikno, pemilik penginapan juga suaminya Sofie bilang
"makanan yang kalian makan, adalah hasil kebun kami hari ini. Kami tidak menyediakan menu layaknya restaurant, setiap hari menu bervariasi tergantung hasil kebun. Kalau kami bertanya apakah kalian mau disiapkan makan malam, bukan berarti kami memaksa kalian untuk makan disini. Kami hanya harus memastikan apakah jumlah makanan yang kami masak cukup, karena apa yang tersedia di meja kalian adalah menu yang kami makan untuk makan malam juga"
Speechless akutuuu...