Dipikir-pikir, baik juga perusahaan saya sekarang. Saya yang udah worry dipecat karena banyak bolos ini tampaknya baik-baik saja sampai sekarang *sujud syukur* gimana ngga worry, ke wakatobi kemarin saya alesan sakit tipes seminggu. Ke semarang ini sepik melayat saudara
Oh ya, kali ini saya pergi ke Semarang. Menyesuaikan keuangan yang tidak memadai untuk ke pantai, saya mau city tour, sightseeing, dan kuliner (yang pada akhirnya menguras keuangan sama banyaknya dengan ke pantai).
partner in crime.. |
Satu-satunya yang tidak kami persiapkan adalah : duit. Yang mana bisa dikategorikan tindakan paling tolol sekali, karena gimana bisa perintilan macam tripod, sepatu, buku, bahkan matchingin baju semuanya sudah disiapkan tapi tidak ada satupun diantara kami yang pegang duit ?! #toyorpalamasingmasing
Day 1 - 16 Mei 2015
Siang sebelum keberangkatan, kami mager semager magernya. Mau gimana, ngga pegang duit bikin apapun ga bergairah duh. Masih galau antara berangkat atau ngga. Ngga berangkat, sayang banget tiket kereta pp bakalan hangus (meskipun tiket ekonomi yang harganya 130k pp). Belum lagi kami sudah bayar hotel untuk malam perdana kami disana. Dua jam sebelum keberangkatan, kami memutuskan untuk lanjut perjalanan ini apapun yang terjadi
Berangkat ke stasiun Pasar Senen untuk mengejar kereta Tawang Jaya yang berangkat pukul 23:00. Hingga detik ini kami hanya punya 150k di tangan dan masih nekat berangkat.
Day 2 - 17 Mei 2015
Kereta tiba tepat waktu pukul 06:00 di stasiun besar poncol. Untung saya dapet tempat duduk strategis yang bisa selonjoran didalem kereta. Kalo ngga, turun kereta pasti saya kaya nenek-nenek kena encok. Kami bersih-bersih dulu di stasiun ini sambil nunggu teman Nessya yang katanya mau jemput dan bawain motor untuk kami pakai keliling semarang. Stasiun nya ngga terlalu "besar" kok, tapi bersih dan cukup nyaman karena disediakan bangku-bangku duduk dan tentunya stop kontak untuk ngecass wahaha. Sejam menunggu tidak ada tanda-tanda orangnya sudah bangun. Daripada kami lumutan menunggu, kami mulai menuju destinasi pertama : Lawang Sewu.
Keluar stasiun, mengikuti arah dari google map kami berbelok ke kanan menuju Jl. Imam Bonjol. Ternyata jarak stasiun poncol-lawang sewu itu jauh juga ya permirsa bila ditempuh dengan kedua kaki ini. Mau naik becak, inget duit yang ga seberapa. Hemat beb, kalo kata iklan salah satu provider kartu selular. Di tengah jalan kami mampir ke sebuah warung nasi untuk mengisi tenaga supaya ga mati kepalaran. Lumayan, makan nasi rames berdua cukup 22k aja.
Lawang sewu di pagi hari relatif sepi tapi ngga sepi-sepi amat. Mengingat ini adalah hari minggu dan banyak warga yang lagi CFD-an, kami baru melihat ada beberapa keluarga dan pasangan yang mengunjungi tempat ini. Tiket masuk dikenakan 10k/orang. Kami juga sempat ditawari guide seharga 30k/jam untuk memandu kami mengelilingi tempat ini juga memberikan infomasi yang tepat dan akurat mengenai sejarah lawang sewu. Sayang, beberapa area tampaknya ditutup karena sedang renovasi. Begitupula ruangan bawah tanahnya yang bekas penjara dan tempat uji nyali itu ditutup juga. Yaaahhh dengan kecewa kami menolak jasa guide dan memilih jalan-jalan sendiri saja.
spot wajib foto ke lawang sewu |
Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia berarti "Pintu Seribu". Warga Semarang menyebutnya demikian karena gedung ini mempunyai pintu dan jendela berukuran besar menyerupai pintu yang berjumlah sangat banyak. Gedung ini awalnya digunakan untuk kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan kereta api Belada. Setelah Jepang mengambil alih pemerintahan Belanda di Indonesia pada tahun 1942, ruang bawah tanah gedung ini yang sebelumnya merupakan saluran pembuangan air di "sulap" menjadi penjara bawah tanah sekaligus saluran pembuangan air. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. (source : here)
Lawang sewu ini dibagi kedalam empat gedung utama. Gedung A yang paling besar dan bisa dilihat dari jalan raya. Di dalam gedung ini banyak dipamerkan foto-foto sejarah perkereta apian jaman dulu. Selain foto, adapula barang-barang antik yang dipamerkan seperti karcis kereta (saya bahkan menemukan karcis padalarang-cibatu. ha !), seragam petugas kereta, alat-alat komunikasi dan lain lain. Selain itu, di gedung ini juga terdapat mozaik kaca patri yang keren banget (berasa ada di katedral Europe), yang curi denger dari pemandu sebelah, diimpor langsung dari Belanda di jaman pembangunan lawang sewu. Sayang sekali kami tidak bisa mengeksplore lantai dua bangunan ini karena proses renovasi.
Gedung B, gedung terbesar kedua yang dibawahnya adalah
Di gedung C dijadikan gallery foto juga. Bedanya, disini ditampilkan foto-foto pada masa pemugaran lawang sewu. Kami tidak sempat melirik gedung D yang paling kecil juga di paling belakang area lawang sewu.
Bersama gimbal arab temen Nessya. |
Selesai dari lawang sewu kami mampir ke Tugu Muda yang menjadi icon kota Semarang sebentar, Tugu Muda ini letaknya persis didepan lawang sewu. Kami ngga terlalu mood foto-foto disitu karena:
- Kami lelah keliling lawang sewu
- Kepanasan hingga kleyengan
- Keburu bad mood mikirin transportasi selama di semarang
Contoh kamar yang kami tempati, source: http://www.viamichelin.com |
Leyeh-leyeh dan mandi (checked), motor buat keliling (cheked), masalah utama kembali pada duit pemirsa, yang kini tinggal 35k. Saya mau makan aja ga ada duit sampai ngemilin makaroni alf*mart sisaan di kereta semalem. Kelaparan, ga pegang duit bikin kami males-malesan lagi. Kami cuma bisa tidur-tiduran, guling-gulingan, ngontak temen yang janji mau transfer terus aja gitu sampe bego.
Menjelang maghrib saya kesel sendiri, buat apa jauh-jauh ke semarang kalo cuma diem di hotel gini. Ngakunya bekpeker baru segini udah kelimpungan. Malu dong ! Saya seret nessya menuju kelenteng Sam Po Kong. Kami tiba disana menjelang maghrib.
Ketika mau cabut dari Sam Po Kong, penyelamat kami berupa transferan dataaang ! *sujudsyukur*. Kami langsung menuju kawasan pecinan yang terkenal yaitu Semawis. Hmmm stelah seharian kelaparan enaknya makan apa ya? Semawis sendiri merupakan sebuah jalan yang dipenuhi oleh berbagai stall dan gerobak penjual makanan. Ada beragam makanan berat seperti : soto, ayam bakar, seafood, swike, sosis bakar; cemilan-cemilan cantik seperti : churros, jelly bubble, puding-puding dengan berbagai topping, eskrim-eskrim lucu, rasanya pengen saya beli gerobak dari ujung jalan pertama ke ujung satunya.
Kami membeli salad buah (15k) sebagaipengganjal lapar starter sambil mencari main course kami. Dan satu-satunya yang menggugah selera kami adalah stall "Soto Pak Bambang". Soto nya adalah soto terenak yang pernah saya makan (entah efek kelaparan seharian) apalagi ditambah lauknya sate usus, sate kulit ayam, sate telur, kami menghabiskan 38k berdua. Menyusuri lagi jalan Semawis kami bertemu stall bacang lupa namanya, saya ingat ada salah seorang blogger yang merekomendasikan bacang ini. Ada tiga pilihan bacang, ayam, sapi dan babi. Saya tertarik yang babi, inginnya beli tapi ngga pengen tau apa yang dibeli (gimana ih??) tapi iman saya mengalahkan keingintahuan saya (halaaah). Saya beli bacang ayam ukuran kecil (yang sebenernya ukurannya lumayan) dan pas saya cicip, aduuuuhhh ini bacang terenak yang pernah saya makan (efek kelaparan seharian, lagi). Tapi suer deh, nasi ketannya pulen dan wangi. Ayam nya dicingcang halus dan gurih, kalo saya ga kekenyangan mungkin saya beli sepuluh itu bacang.
Lagi asik makan bacang, nessya beli pisang plenet. Di gerobak si abang pisang ini tertulis : PISANG PLENET. JAJANAN KHAS SEMARANG. Dibawahnya ada lagi tulisan yang membuat kami berdua ngakak : TIDAK BUKA CABANG, REBET ! wkwkwkwk rasanya pengen saya ajak berantem abangnya, buseett bikin cabang aja rebet katanya. Sombong banget dah si abang wkwk.
Abis makan kenyang, apa yang kurang pemirsa ? Es krim ! Yak, maka kami meluncur ke Toko Oen. Dari semua blog dan review yang saya baca, kayanya belum ke semarang kalo belum mampir toko oen ini.
Tokonya sendiri dari luar terlihat seperti gedung kumuh, sumpah ngga ada penampakan cafe nya sama sekali. Tapi begitu melangkah kedalam, beuh konsep jadul dan perasaan nostalgia mengambang di udara. Antik dan homey adalah kesan saya mengenai interior bangunannya. Tersedia stall yang menjajakan beraneka kue kering jaman dulu seperti lidah kucing, kue telur, kue sagu, dll.
Malam itu cenderung sepi, mungkin karena hampir jam tutup cafe, hanya ada dua keluarga dan sepasang kekasih yang sedang makan malam sambil menikmati alunan lagu lawas yang dinyanyikan oleh live music disana.
Kami memesan es krim Oen Symphony dan kue telur. Semua es krim yang ada disini merupakan es krim homemade, jadi buat kamu yang penggemar ragusa dan sejenisnya pasti suka es krim disini. Saya pribadi sih lebih suka es krim di Toko Oen ini. Oen Symphoni terdiri dari empat scoop es krim dengan katetong (lidah kucing). Roti telurnya enak, rasanya....jadul. hahah serius. Rata-rata kue yang dijual disini adalah kue-kue jadul seperti lidah kucing dan kue sagu. Nama-namanya pun masih ditulis dengan istilah belanda, Kalo bingung kalian bisa tanya waiter nya kok. Saya jatuh cinta dengan lidah kucing yang disajikan bersama si Oen Symphoni, sedangkan Nessya bm banget ingin makan kue sagu tapi males beli karena waitress yang menjaga stall kue, judes luar biasa.
Kami makan sambil ngobrol ngalor ngidul. Sebagai manusia-manusia yang baru putus cinta topiknya ngga jauh-jauh dari galau dan ingin merasakan jatuh cinta lagi *hallah* Asik deh ngegalau ditemani lagu lawas, pe-er banget ya mau ngegalau aja mesti ke semarang. Balik dari Toko Oen langsung cusss ke hotel dan istirahat untuk perjalanan besok.
Day 3 - 18 Mei 2015
Pagi harinya kami dibangunkan resepsionis yang menginfokan bahwa motor yang kami sewa mau dipinjam sebentar. Karena masih setengah sadar kami cuma iya-iya saja, yang kemudian baru kami pikirkan lagi "lah itu kan motor udah disewa ya?". Dua jam kemudian setelah kami mandi-sarapan-packing-bersiap check out, resepsionis menginfokan kembali kalau motornya tidak bisa kami gunakan lagi karena dibawa yang empunya balik ke jogja. The fuck? Ini bahkan belum 24 jam sejak kami pakai motornya dan kami sudah bayar sewa full ! (bahkan kami sudah memutuskan untuk menambah hari sewa si motor)
Lalu drama kami dimulai lagi dengan babak baru : cari motor ! Browsing-browsing, telepon sana sini, nego bla bla bla, alhamdulilah kami dapat penyewaan motor yang aduhai sekali. Tanpa uang deposit (ada penyewaan yang minta uang deposit 500k, *rolling eyes*), tanpa jaminan stnk dan sim, dan pastinya mau anter jemput kendaraan sesuai kesepakatan bersama. Huurrray !
Dengan semangat 45 kami menuju destinasi pertama, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Wiii serius deh masjid ini punya arsitektur top banget. Mirip mirip dengan gaya arsitektur Roma (dihh kek pernah ke Roma aja). Kami masuk ke dalam masjid, dimana batas suci untuk melepas sepatunya jauh banget dari masjidnya sendiri. Kami lari-lari dengan kaki melepuh, karena Semarang di siang hari panasnya ampun-ampunan (ditambah kalian berjalan bertelanjang kaki di tegel yang terus terusan dibakar panas matahari). Ada pula menara masjid yang tingginya 99 meter (melambangkan asmaul husna) namun kami tidak naik karena para pegawainya sedang istirahat.
Day 4 - 19 Mei 2015
Hari terakhir di Semarang, sambil sarapan kami mereview lagi destinasi mana dalam itinerary yang belum kami kunjungi dan mana yang harus di skip karena keterbatasan waktu. Setelah berenang-renang (lagi) kami check out dan menuju Semarang Gallery yang kemarin tutup.
Sebelumnya kami mampir di Lekker Paimo, makanan ini saya liat banyak sekali yang merekomendasikan bahkan masuk di review Trip Advisor. Padahal abangnya cuma jualan di gerobak, tapi yang ngantri banyak bener. Belinya bukan cuma satu dua lagi, belasan bahkan puluhan lekker yang dipesan satu orang. hmmmm saya aja harus menunggu sekitar 40 menit untuk bisa mendapatkan lekker saya.
Kalian tau lekker ngga? gimana ya ngejelasinnya. Katanya sih makanan ini udah ada dari dulu, tapi yang familiar buat kita mungkin seperti crepes ya. Kulit lekker yang tipis dan renyah diisi dengan topping manis ataupun asin. Untuk topping manis, bisa pilih coklat, pisang atau susu. Sedangkan yang asin, bisa berupa tuna, telur, sosis bahkan keju mozarella ulalala.
Di Semarang Gallery, kami dikenakan tiket masuk 10rb/orang. Ternyata bangunan Semarang Gallery ini tadinya merupakan salah satu bangunan tua di Kota Lama yang dipugar menjadi sebuah Art Gallery. Berbagai lukisan dan karya senin dipamerkan disini. Sepertinya lukisan dan karya seni lainnya diganti dalam jangka waktu tertentu. Karena saya perhatikan baik di brosur maupun di instagram banyak karya seni yang tidak saya jumpai kemarin.
Beres dari Art Gallery kami menuju stasiun Poncol. Motor sesuai perjanjian di jemput di stasiun tepat waktu ! hebat. Ketika kereta Tawang Jaya yang mengantarkan kami kembali ke Jakarta, disitulah perjalanan kami di semarang berakhir. See you again Semarang....
Komplek Klenteng Sam Po Kong terdiri atas sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng). Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan. Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan yang pernah ditinggali Sam Po Tay Djien (Zheng He). Bentuk bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe klenteng yang lain, klenteng ini tidak memiliki serambi yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po. (source : http://www.visitsemarang.com)
lights on the twilights.. |
Kami membeli salad buah (15k) sebagai
Lagi asik makan bacang, nessya beli pisang plenet. Di gerobak si abang pisang ini tertulis : PISANG PLENET. JAJANAN KHAS SEMARANG. Dibawahnya ada lagi tulisan yang membuat kami berdua ngakak : TIDAK BUKA CABANG, REBET ! wkwkwkwk rasanya pengen saya ajak berantem abangnya, buseett bikin cabang aja rebet katanya. Sombong banget dah si abang wkwk.
Abis makan kenyang, apa yang kurang pemirsa ? Es krim ! Yak, maka kami meluncur ke Toko Oen. Dari semua blog dan review yang saya baca, kayanya belum ke semarang kalo belum mampir toko oen ini.
Tokonya sendiri dari luar terlihat seperti gedung kumuh, sumpah ngga ada penampakan cafe nya sama sekali. Tapi begitu melangkah kedalam, beuh konsep jadul dan perasaan nostalgia mengambang di udara. Antik dan homey adalah kesan saya mengenai interior bangunannya. Tersedia stall yang menjajakan beraneka kue kering jaman dulu seperti lidah kucing, kue telur, kue sagu, dll.
Malam itu cenderung sepi, mungkin karena hampir jam tutup cafe, hanya ada dua keluarga dan sepasang kekasih yang sedang makan malam sambil menikmati alunan lagu lawas yang dinyanyikan oleh live music disana.
Kami memesan es krim Oen Symphony dan kue telur. Semua es krim yang ada disini merupakan es krim homemade, jadi buat kamu yang penggemar ragusa dan sejenisnya pasti suka es krim disini. Saya pribadi sih lebih suka es krim di Toko Oen ini. Oen Symphoni terdiri dari empat scoop es krim dengan katetong (lidah kucing). Roti telurnya enak, rasanya....jadul. hahah serius. Rata-rata kue yang dijual disini adalah kue-kue jadul seperti lidah kucing dan kue sagu. Nama-namanya pun masih ditulis dengan istilah belanda, Kalo bingung kalian bisa tanya waiter nya kok. Saya jatuh cinta dengan lidah kucing yang disajikan bersama si Oen Symphoni, sedangkan Nessya bm banget ingin makan kue sagu tapi males beli karena waitress yang menjaga stall kue, judes luar biasa.
Kami makan sambil ngobrol ngalor ngidul. Sebagai manusia-manusia yang baru putus cinta topiknya ngga jauh-jauh dari galau dan ingin merasakan jatuh cinta lagi *hallah* Asik deh ngegalau ditemani lagu lawas, pe-er banget ya mau ngegalau aja mesti ke semarang. Balik dari Toko Oen langsung cusss ke hotel dan istirahat untuk perjalanan besok.
Day 3 - 18 Mei 2015
Pagi harinya kami dibangunkan resepsionis yang menginfokan bahwa motor yang kami sewa mau dipinjam sebentar. Karena masih setengah sadar kami cuma iya-iya saja, yang kemudian baru kami pikirkan lagi "lah itu kan motor udah disewa ya?". Dua jam kemudian setelah kami mandi-sarapan-packing-bersiap check out, resepsionis menginfokan kembali kalau motornya tidak bisa kami gunakan lagi karena dibawa yang empunya balik ke jogja. The fuck? Ini bahkan belum 24 jam sejak kami pakai motornya dan kami sudah bayar sewa full ! (bahkan kami sudah memutuskan untuk menambah hari sewa si motor)
Lalu drama kami dimulai lagi dengan babak baru : cari motor ! Browsing-browsing, telepon sana sini, nego bla bla bla, alhamdulilah kami dapat penyewaan motor yang aduhai sekali. Tanpa uang deposit (ada penyewaan yang minta uang deposit 500k, *rolling eyes*), tanpa jaminan stnk dan sim, dan pastinya mau anter jemput kendaraan sesuai kesepakatan bersama. Huurrray !
Dengan semangat 45 kami menuju destinasi pertama, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Wiii serius deh masjid ini punya arsitektur top banget. Mirip mirip dengan gaya arsitektur Roma (dihh kek pernah ke Roma aja). Kami masuk ke dalam masjid, dimana batas suci untuk melepas sepatunya jauh banget dari masjidnya sendiri. Kami lari-lari dengan kaki melepuh, karena Semarang di siang hari panasnya ampun-ampunan (ditambah kalian berjalan bertelanjang kaki di tegel yang terus terusan dibakar panas matahari). Ada pula menara masjid yang tingginya 99 meter (melambangkan asmaul husna) namun kami tidak naik karena para pegawainya sedang istirahat.
Selesai dari
masjid kami menuju Kota Lama. Review dari internet spot bagus untuk
foto-foto disini adalah Gereja Blenduk yang turned
out ngga bagus-bagus amat.
Yaah setidaknya diluar ekspektasi kami. Lagipula kami tidak bisa memasuki
bangunan gerejanya, sedih
Maka kami
mengunjungi Pabrik Rokok Praoe Lajar, ini mungkin yang diproduksi semacam rokok
kretek gitu ya. Tapi kami ngga moto-moto pabrik ataupun berusaha masuk kedalam
pabriknya. Kami cuma bm pengen foto di pintu belakangnya aja yang ciamik
hahhaa. *dilema anak instagram*
Saat perut sudah teriak-teriak minta diisi, kami melipir ke
Soto Khas Kudus Mba Lien. Semua orang yang tau saya ke Semarang
merekomendasikan makan disini. Ternyata rasa sotonya biasa aja pemirsah. Masih
enak soto Pak Bambang di Semawis kemarin. Tapi sate kerangnya enak, manisnya
juga enak. Katanya di Semarang itu punya kecap khusus yang bikin makanan endes.
Kecap Mirama kalo ngga salah namanya.
Beres makan, balik lagi Kota Lama untuk
visit Semarang Gallery. Setelah muter-muter dan nanya-nanya ternyata Gallery nya
tutup guys ! sedih. Daripada bete, kami melipir ke Noeri's Cafe yang
terletak di belakang Gereja Blenduk.
Cafe nya asik banget deh. Kalo Oen kemarin
berkesan lawas dan ada feeling
nostalgic karena diisi Oma
Opa, Noeri's ini bener bener old skull dan vintage. Berbagai macam radio,
televisi dan kamera jadul dipajang. Miniatur vespa-vespa juga dijadikan hiasan,
bahkan ada alat pemutar vinyl yang masih berfungsi !
Kemarin cafe nya sepi sekali, mungkin
karena hari Senin, siang pula. Kata mbak-mbak waitress nya di area dalam cafe sudah dipesan untuk seminar para
dosen di Undip dan komunitas yang menggalang aksi #savepasarjohar yang kemaren
kebakaran itu. Kami cuma ngopi-ngopi cantik sambil foto-foto lalu pulang karena
masih harus check-in hotel. Ups, sebelum sampai hotel kami
mampir sebentar ke Sam Po Kong karena kemarin belum puas hunting foto karena
keburu malam.
Kali ini kami menginap di
Sisingamangaraja Guest House, walaupun embel-embelnya guest house kamarnya
seperti hotel. Dengan rate 290k kami sudah mendapat kamar AC plus sarapan. Kamarnya wangi,
handuknya wangi, sarapannya cukup variatif dan enak, dan yang paling penting, ada kolam renangnya !
yuhuuuu !
Gambar diambil dari : http://berita.suaramerdeka.com/
Setelah leyeh-leyeh sebentar, kami melanjutkan perjalanan ke
Pantai Marina Semarang. Jauh-jauh kesini untuk apa pemirnsa? cuma mau hunting
foto di bianglala PRPP dan makan cantik di cafe Du Potrait. Duuuhh, buat yang
gatau coba deh cek instagram nya @hangoutsemarang. Secara kan kita anak gaul abis, jadi
tempat-tempat paling hits di kota itu harus kita datengin. Walaupun itu
berarti, naik motor dari ujung ke ujung dan perut kelaparan parah karena baru
diisi soto seempret dan ga boleh berhenti makan sama nessya karena takut keburu
malem dan ga dapet momen kaya di Sam Po Kong lagi. Duh, jadi anak gaul itu
nyiksa men !
|
Bianglala PRPP itu cuma bianglala kaya di
pasar malem biasa aja sebenernya. PRPP itu sendiri kayanya bekas taman ria gitu
deh tapi udah ga beroperasi. Tempatnya sepi dan banyak wahana-wahana
terbengkalai. Bahkan ada semacam taman yang keren tapi jadi penuh semak belukar
sekarang. Apalagi suasananya menjelang maghrib, saya jadi keingetan film-film zombie gitu. Tinggal nunggu aja dari
pojokan belakang sana ada zombie yang tetiba lagi sprint nyari daging dan otak.
Pantai Marina nya sendiri, cuma sebegitu
doang. Saya ngga bisa ngasih komentar lebih sih, secara saya kesana udah gelap.
Tapi jangan salah, gelap-gelap begitu justru pantai rame banget sama pasangan
yang lagi asik mojok di tempat-tempat tergelap. Tidak tahukah mereka, bahwa
kejahatan selalu menunggu di tempat-tempat tergelap dunia ? *kebanyakan baca
novel, tampar* sepengamatan saya sih pantai nya ga ada pasir-pasirnya.
Mirip-mirip pantai losari, ini laut dangkal yang berbatasan dengan daratan.
Cukup tiga menit kami meninggalkan lokasi
pantai dan menuju cafe yang lagi happening banget diantara photographer, instagramer,
dan netizen semarang. Du Portrait Resto &
Cafe. Aduuuh ini cafe cantik banget, didekor sedemikian
rupa jadi selain homey berasa sweet vintage yang cantik. Setiap detail
diperhatikan dengan baik. Pemilik cafe yang katanya fotografer ini jago
banget deh di urusan dekor mendekor.
Tampaknya, cafe ini juga jadi ajang kumpul para fotografer
Semarang. Saya lihat di semacam "mading" yang ditempeli berbagai
artikel, brosur, dan ada foto-foto yang dipajang. Kami memilih duduk di lantai
dua, banyak foto yang kemungkinan berlatar belakang di India yang wow bagus
banget dipajang di dindingnya. Oh iya interiornya yang manis ini mengingatkan
saya akan rumah-rumah Inggris yang saya lihat di pelem-pelem.
Waiter nya menginfokan kalo disini bisa dijadikan
tempat photo prawed gratis tanpa ada minimum
order atau apapun. Enak ya,
masalahnya jodohnya aja belum ketemu :(. Kami memesan makanan, semacam ayam
dengan creamy sauce gtu. Lumayan enak tapi sama sekali
ngga mengenyangkan karena dimakan berdua. Sengaja karena kita mengincar makan
malam di Simpang Lima.
Akhirnya menuju simpang lima untuk tujuan
sebenarnya, MAKAN ! Duh karena kelamaan foto-foto dan dijalan saya keburu
kembung dan mual. Lagipula di simpang lima ngga ada makanan yang aneh, saya
keliling-keliling makanannya gitu-gitu aja. Ayam goreng, soto, sate, nasi
goreng, hmmm ga selera. Berakhir dengan makan ayam goreng yang biasa aja. Lalu
menuju lumpia Mba Lien disamping Toko Oen karena saya bm ingin makan lumpia.
Lagi semangat-semangat nya ingin makan lumpia, tetiba nessya bikin suasana
rusak dengan ngasih info mantan saya yang lagi kesambet cewe baru yang punya
hobi sama naik gunung. Duh itu lumpia yang udah terlanjur masuk tenggorokan
rasanya ingin naik lagi. Mana nessya banyak omong banget lagi ga berenti
berenti cerita, ngga jelas deh rasa itu lumpia. Mungkin rasanya bisa disebut
pedih dan miserable.
Balik ke hotel, kami berenang untuk memulihkan
rasa pegal-pegal. Uh enak banget berenang tengah malem. Badan rasanya jadi rilex lagi. Nangis diam-diam dalam kolam
renang pun ga akan ketauan. Lewat tengah malam kami tidur untuk melanjutkan
perjalanan besok.
Day 4 - 19 Mei 2015
Hari terakhir di Semarang, sambil sarapan kami mereview lagi destinasi mana dalam itinerary yang belum kami kunjungi dan mana yang harus di skip karena keterbatasan waktu. Setelah berenang-renang (lagi) kami check out dan menuju Semarang Gallery yang kemarin tutup.
Sebelumnya kami mampir di Lekker Paimo, makanan ini saya liat banyak sekali yang merekomendasikan bahkan masuk di review Trip Advisor. Padahal abangnya cuma jualan di gerobak, tapi yang ngantri banyak bener. Belinya bukan cuma satu dua lagi, belasan bahkan puluhan lekker yang dipesan satu orang. hmmmm saya aja harus menunggu sekitar 40 menit untuk bisa mendapatkan lekker saya.
Kalian tau lekker ngga? gimana ya ngejelasinnya. Katanya sih makanan ini udah ada dari dulu, tapi yang familiar buat kita mungkin seperti crepes ya. Kulit lekker yang tipis dan renyah diisi dengan topping manis ataupun asin. Untuk topping manis, bisa pilih coklat, pisang atau susu. Sedangkan yang asin, bisa berupa tuna, telur, sosis bahkan keju mozarella ulalala.
Lekker Sosis Mozarella yang endeeuuss |
Nessya beli lekker coklat, pisang, keju, mayonaise. Saya beli lekker sosis mozarella dan request pedas. Begitu lekker di tangan hmmm tampilannya menggoda apalagi si keju mozarella nya. Tapi aduh saya menyesal minta pedas. Ini sambelnya nampol banget pedasnya nendang. Lidah saya sampai mati rasa. Saya suka pedas, masalahnya kalo kepedesan gini mana saya tau rasa lekker aslinya.
Di Semarang Gallery, kami dikenakan tiket masuk 10rb/orang. Ternyata bangunan Semarang Gallery ini tadinya merupakan salah satu bangunan tua di Kota Lama yang dipugar menjadi sebuah Art Gallery. Berbagai lukisan dan karya senin dipamerkan disini. Sepertinya lukisan dan karya seni lainnya diganti dalam jangka waktu tertentu. Karena saya perhatikan baik di brosur maupun di instagram banyak karya seni yang tidak saya jumpai kemarin.
Blognya simpel dan elegan. jadi gak ngebosenin.
ReplyDeleteKalau orangnya mungkin juga gak ngebosenin deh :D
We Indonesia
waaaahhh makasih loh udah dateng berkunjung hoho.
ReplyDeletemakasih juga atas pujiannya (semoga iya saya bukan tipe orang yang ga ngebosenin ya)
sering sering mampir lagi ya kaka :p
Ayu
boleh minta nomor sewa motor yg tanpa uang 500rb kah ?
ReplyDeleteHallo Andre,
DeleteMaaf untuk late reply nya, bisa di contact di nomor 0858 7549 1504 / 0812 5142 8468.
Saya lupa nama bapaknya, tapi baik kok.
Salam liburan
holaaaaa. yeay this is my first time ever visiting your blog, gue butuh niat selangit untuk baca blog lo demi apapun. haha maakeun. tapi setelah baca ngiri parah pengen nulis juga tapi belom kesampean. seruuu, ciamik.
ReplyDeletesemarang jadi pertama kali gue baca karna ada gue dimana mana, dan foto gue tentunya. gilak ngakak lagi parah pas bagian si abang2 pisang plenet yang teks gerobaknya "gak buka cabang, Rebet!" hahahaha
kangen banget gak sih city tour lagi berdua dengan ego yang sama2 sama, obsesi yang sama, ah. lagi yuk. jogya-solo.
mmmm HELLOOO !!! anda kemana aja ? Ini postingan udah berapa abad lalu ngga? Ya Allah, baca blog gue aja susah banget apa kabar buku yang suka lo tenteng tenteng itu ? *uhuk*pencitraan*uhuk*
Deleteyuk dong plisss city tour lagi. gue sakaw kurang jalan jalan.
pengen yogya-solo :(
wah tulisannya menginspirasi sekali buat saya yang lagi cari referensi karna pertama kali mau ke semarang, btw mau tanya itu foto yang berdua yang fotoin siapa ya kok tetep bagus hahaha! mengingat kalo trip berdua kan pasti harus gantian foto
ReplyDeletehallo riska !
Deletesenangnya bisa bantu inspirasi lewat tulisan haha. yups, kesusahan kalo jalan berdua itu ngga ada yang motoin bareng. Oleh karena itu kami bawa TRIPOD !
Yeay, berguna banget deh sungguh. Ngga usah susah susah nyenderin hape buat dapet shot berdua :p
wah asiknya, jangan lupa ke jogja ya danRental Motor jogja di tempat kami heheh, salam kenal
ReplyDelete