Day 4
Kami sarapan sebelum check out dari penginapan Abi Jaya. Lalu kami diantarkan menuju pelabuhan Usuku untuk menumpang kapal ke pulau Kaledupa. Cuaca lagi-lagi tidak bersahabat membuat saya ajrut-ajrutan di kapal, antimo mana antimo ?? Biaya perjalanan Tomia ke Kaledupa dibandrol 75k/orang aja. Dikarenakan Tomia adalah pulau terjauh yang kami tempuh dari wanci, sedangkan Kaledupa ada di tengah-tengah Tomia dan Wanci.
Kami ke Kaledupa hanya transit untuk menuju destinasi sebenarnya, Pulau Hoga. Duh, Hoga merupakan destinasi impian saya karena saat liat foto-fotonya di internet peutjaah banget.Kaledupa sendiri merupakan pulau yang lumayan besar. Ada beberapa perkampungan penduduk yang menyebar di beberapa tempat. Selebihnya masih dipenuhi hutan-hutan. Kami masih harus menumpuh jarak sekitar 30-60 menit lewat darat untuk mencapai pelabuhan yang mengantarkan kami ke Hoga.
Tiba di pelabuhan tersebut, banyak kapal kecil yang menawarkan jasa antar ke pulau Hoga. Mereka menyebut diri mereka "ojek kapal". Kang ojek nya bisa bawa 6 penumpang sekaligus hoho. Biaya nyebrang dibandrol 25k.
source from google |
Disini nih drama dimulai. Hoga dimusim angin barat ini sama mengecewakannya dengan pulau-pulau lain di wakatobi. Abu-abu, banyak sampahan rumput laut dan ranting kayu juga pecahan karang. Dan dipulau ini hanya kami turis yang berkunjung, eng ing eng. Teman-teman saya langsung dilanda panik dan badmood. Ada yang panik karena parno jadi orang terbuang di deserted island. Ada yang bete karena tidak sesuai ekspektasi, yang ngga kenapa napa pun jadi ikutan bete, jadi ikutan baper. Ampun dah...
Di Hoga kami bertemu dengan Pak Jamal. Beliau orang lokal yang menyewakan penginapan dan guide lokal untuk diving juga.
Kami menyewa cottage dengan view langsung ke laut dengan rate sekitar 400k include makan malam. Well, saya agak akui juga kalo suasana lumayan creepy. Kami berempat jadi satu satunya tamu Pak Jamal. Ratusan cottage tersebar disekitar kami, dengan keadaan yang... yah well, tidak terlalu baik. Di bulan Mei-Juni ketika musim turis tiba tentunya cottage ini penuh berjejalan. Tapi saat ini dikelilingin ratusan cottage tua yang sebagian tampak mau roboh, ditambah banyak kadal ajaib *sebut saja biawak, tokek segede alaihim, dan teman-temannya*, dengan cuaca yang terus menerus abu-abu membuat kami cranky seharian.
Rencana berenang cantik, snorkling ataupun diving semua dibatalkan karena mood yang tidak mendukung. Kami kesulitan mencari air mineral dan ngga ada warung sama sekali buat jajan, taulah emak emak ini gatel kalo mulutnya ga ada yang digiling. Semua rencana leyeh-leyeh dan senang-senang gagal total. Semua orang mood nya jelek banget, maka diputuskan kami berangkat subuh besoknya juga untuk kembali ke Wangi-Wangi.
Oke sedikit berlebihan.
Akhirnya saya menghabiskan sore itu dengan duduk diatas batu karang depan kamar, merenungi arti hidup dan makna nya sambil menatap lautan yang kelabu. *lupakan*
pemandangan depan kamar, abaikan jemuran |
Tiba di wanci, kami segera berkeliling mencari dive center untuk diving lagi. Diving itu ternyata, NAGIH. Persis kek mecin. Setelah berkeliling dan mengunjungi beberapa dive center, pilihan jatuh pada The Berandals dengan dive center mereka Wakatobi Dive Adventure. Setelah kenalan dan ngobrol-ngobrol kami sepakat untuk diving besok pagi apabila cuaca sudah cerah. Maklum musim penghujan, penuh dengan rintihan-rintihan air hujan. Waktu itu untuk discovery diving kena berapa ya? Sekitar 400k deh lupa.
Eh iya, you should check their instagram feed disini. Yang bikin saya ngiri setengah gila karena fotonya bagus-bagus. Lalu kenapa yang saya ngga ? Why God why ????????
Menghabiskan waktu hari itu, kami jalan-jalan ke mata air yang konon katanya orang yang cuci muka disana bakalan awet muda. Rrrr really? ? Lalu kami melanjutkan ke Benteng Liya, disana ada sisa-sisa benteng pertahanan Liya jaman dahulu kala. Masih ada meriam nya segala kalo ngga salah. Ada masjid juga yang merupakan salah satu masjid tertua di wangi-wangi.
Matahari sempat muncul dan membuat cuaca cerah. PYARR suasana hati langsung berubah dan bawaanya pengen berendem. Apa daya ketika sampai ke pantai terdekat ternyata tempatnya semacam teluk gitu dan enak buat berenang. Lalu awan mulai berkumpul dan mendung lagi, duh !
squad *abaikan perut saya yang lipat tiga* |
Hay Kak Seto ! |
Saya ga konsen mungkin karena mikirin foto. HAHAHA. Kebetulan the berandals ini punya kamera kamera keceh buat underwater foto, Jadi saya maunya foto-foto aja. Tapi entah kenapa ketika saya 'dipajang' untuk difoto ngga pernah bisa diem. Pantat selalu menukik keatas hufft sampe buddy saya Akas kewalahan buat bantuin pose. Dan tau ngga katanya kenapa? Karena saya kegendutan ! Whaattt ???? Hih pengen saya kasih kaca. Hey Om Akas, kalo baca postingan saya ini ngaca bareng yuk, gede gedean perut *nangis bombayy*
Kalo mood...
Samina mina e e
ReplyDeleteWaka waka tobi
Nyusul aahhh...
Entah kapan... .. .
.
.
...
. . .
..
.
nyusul lah, derawan aja udah nyusul. wakatobi doang mah ah elaah
DeleteKayanya disitu leweung banget ya sist. Hupir kek nya kalo bawa anak umur 2 taun wkwkk
ReplyDeletewkwkwkkw ngga se leweung derawan. cuss ka pulau seribu weh mawa budak mah. deket
DeleteRame juga, terus orang jadi tau kalo mau datang ke wakatobi jangan pas musim penghujan, nanti nya baper kaya yg nulis bhahaha..
ReplyDeletebaper banget ngga gue hahaha, jadi kapan jalan jalan?
Deletembakkk, tempatnya bagus yahhh....pengennn.....
ReplyDeleteish bagus banget emang. Tapi ini nih salah satu alasan terbesar tabungan saya yang raib.
DeleteJalan jalan di Indonesia mahal makkk :( banyak mau nih pusing berbie