Tuesday, May 26, 2015

Semarang Trip 16 - 19 Mei 2015

9

Semenjak jalan-jalan saya ke Wakatobi akhir Februari lalu (review menyusul yak) saya belum kemana-mana lagi nih. Otak mulai berkabut dan tubuh mulai lelah tanda kurang jalan-jalan lebay. Begitu tau ada long weekend di tanggal 14-16 Mei 2015, langsung saya kalang kabut cari tiket kereta dan pesawat yang mumpuni dengan keuangan yang tiris ini. Apa dikata, long weekend itu adalah inceran semua orang. Bye tiket murah libur panjang. Saya harus merelakan bolos senin selasa karena kebagian tiket berangkat sabtu malam.

Dipikir-pikir, baik juga perusahaan saya sekarang. Saya yang udah worry dipecat karena banyak bolos ini tampaknya baik-baik saja sampai sekarang *sujud syukur* gimana ngga worry, ke wakatobi kemarin saya alesan sakit tipes seminggu. Ke semarang ini sepik melayat saudara fiktif. Belum lagi kalau saya pulang ke bandung dan males balik ke jakarta yang artinya sering skip di hari senin dengan alasan migrain, diare, nyeri haid, dan sejuta alasan lain *dilema anak baru*.

Oh ya, kali ini saya pergi ke Semarang. Menyesuaikan keuangan yang tidak memadai untuk ke pantai, saya mau city tour, sightseeing, dan kuliner (yang pada akhirnya menguras keuangan sama banyaknya dengan ke pantai). 

partner in crime..
Kenalin, difoto atas itu adalah partner saya dalam travelling kali ini. Namanya Nessya, dia temen satu fakultas saya di kampus. Ceritanya kami berdua sama-sama lagi patah hati dan ingin senang-senang biar agak terobati. Kami well prepared banget untuk jalan-jalan kali ini. Itinerary sudah dibuat jauh-jauh hari. Browsing blog maupun instagram terkait tempat-tempat yang lagi happening di semarang menambah panjang daftar a must visit place di semarang. Thanks to instagram dan hashtag explore...(isi dengan nama kota yang kalian tuju) voila ! Kalian bisa langsung jadi anak gaul kota tersebut. 

Satu-satunya yang tidak kami persiapkan adalah : duit. Yang mana bisa dikategorikan tindakan paling tolol sekali, karena gimana bisa perintilan macam tripod, sepatu, buku, bahkan matchingin baju semuanya sudah disiapkan tapi tidak ada satupun diantara kami yang pegang duit ?! #toyorpalamasingmasing


Day 1 - 16 Mei 2015
Siang sebelum keberangkatan, kami mager semager magernya. Mau gimana, ngga pegang duit bikin apapun ga bergairah duh. Masih galau antara berangkat atau ngga. Ngga berangkat, sayang banget tiket kereta pp bakalan hangus (meskipun tiket ekonomi yang harganya 130k pp). Belum lagi kami sudah bayar hotel untuk malam  perdana kami disana. Dua jam sebelum keberangkatan, kami memutuskan untuk lanjut perjalanan ini apapun yang terjadi

Berangkat ke stasiun Pasar Senen untuk mengejar kereta Tawang Jaya yang berangkat pukul 23:00. Hingga detik ini kami hanya punya 150k di tangan dan masih nekat berangkat.


Day 2 - 17 Mei 2015


Kereta tiba tepat waktu pukul 06:00 di stasiun besar poncol. Untung saya dapet tempat duduk strategis yang bisa selonjoran didalem kereta. Kalo ngga, turun kereta pasti saya kaya nenek-nenek kena encok. Kami bersih-bersih dulu di stasiun ini sambil nunggu teman Nessya yang katanya mau jemput dan bawain motor untuk kami pakai keliling semarang. Stasiun nya ngga terlalu "besar" kok, tapi bersih dan cukup nyaman karena disediakan bangku-bangku duduk dan tentunya stop kontak untuk ngecass wahaha. Sejam menunggu tidak ada tanda-tanda orangnya sudah bangun. Daripada kami lumutan menunggu, kami mulai menuju destinasi pertama : Lawang Sewu.

Keluar stasiun, mengikuti arah dari google map kami berbelok ke kanan menuju Jl. Imam Bonjol. Ternyata jarak stasiun poncol-lawang sewu itu jauh juga ya permirsa bila ditempuh dengan kedua kaki ini. Mau naik becak, inget duit yang ga seberapa. Hemat beb, kalo kata iklan salah satu provider kartu selular. Di tengah jalan kami mampir ke sebuah warung nasi untuk mengisi tenaga supaya ga mati kepalaran. Lumayan, makan nasi rames berdua cukup 22k aja.

Lawang sewu di pagi hari relatif sepi tapi ngga sepi-sepi amat. Mengingat ini adalah hari minggu dan banyak warga yang lagi CFD-an, kami baru melihat ada beberapa keluarga dan pasangan yang mengunjungi tempat ini. Tiket masuk dikenakan 10k/orang. Kami juga sempat ditawari guide seharga 30k/jam untuk memandu kami mengelilingi tempat ini juga memberikan infomasi yang tepat dan akurat mengenai sejarah lawang sewu. Sayang, beberapa area tampaknya ditutup karena sedang renovasi. Begitupula ruangan bawah tanahnya yang bekas penjara dan tempat uji nyali itu ditutup juga. Yaaahhh dengan kecewa kami menolak jasa guide dan memilih jalan-jalan sendiri saja.

spot wajib foto ke lawang sewu
Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia berarti "Pintu Seribu". Warga Semarang menyebutnya demikian karena gedung ini mempunyai pintu dan jendela berukuran besar menyerupai pintu yang berjumlah sangat banyak. Gedung ini awalnya digunakan untuk kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan kereta api Belada. Setelah Jepang mengambil alih pemerintahan Belanda di Indonesia pada tahun 1942, ruang bawah tanah gedung ini yang sebelumnya merupakan saluran pembuangan air di "sulap" menjadi penjara bawah tanah sekaligus saluran pembuangan air. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. (source : here)

Lawang sewu ini dibagi kedalam empat gedung utama. Gedung A yang paling besar dan bisa dilihat dari jalan raya. Di dalam gedung ini banyak dipamerkan foto-foto sejarah perkereta apian jaman dulu. Selain foto, adapula barang-barang antik yang dipamerkan seperti karcis kereta (saya bahkan menemukan karcis padalarang-cibatu. ha !), seragam petugas kereta, alat-alat komunikasi dan lain lain. Selain itu, di gedung ini juga terdapat mozaik kaca patri yang keren banget (berasa ada di katedral Europe), yang curi denger dari pemandu sebelah, diimpor langsung dari Belanda di jaman pembangunan lawang sewu. Sayang sekali kami tidak bisa mengeksplore lantai dua bangunan ini karena proses renovasi.

Gedung B, gedung terbesar kedua yang dibawahnya adalah tempat uji nyali penjara bawah tanah yang digunakan tentara jepang untuk menawan dan mengeksekusi para pejuang Indonesia. Sayang sekali seluruh bangunan ini ditutup (thanks renovation progress) termasuk ruang bawah tanahnya. Kami cuma bisa keliling-keliling di lorong luar bangunan ini.

Di gedung C dijadikan gallery foto juga. Bedanya, disini ditampilkan foto-foto pada masa pemugaran lawang sewu. Kami tidak sempat melirik gedung D yang paling kecil juga di paling belakang area lawang sewu.











Bersama gimbal arab temen Nessya.
Oh iya, kami sempat bertemu dengan teman nessya yang semula menjanjikan peminjaman motor pada kami. Namanya Gimbal, menyesuaikan dengan rambutnya yang ala ala anak rastafarian gitu. Sayang sekali ternyata doi cuma bisa janji doang. Ujung-ujungnya kami disarankan naik Trans Semarang atau taksi. Yakali, ngapain minta tolong sama ngana kalo disuruh naik umum juga mah. (kzl !)

Selesai dari lawang sewu kami mampir ke Tugu Muda yang menjadi icon kota Semarang sebentar, Tugu Muda ini letaknya persis didepan lawang sewu. Kami ngga terlalu mood foto-foto disitu karena:
  1. Kami lelah keliling lawang sewu
  2. Kepanasan hingga kleyengan
  3. Keburu bad mood mikirin transportasi selama di semarang
Kami memutuskan untuk istirahat dulu di hotel. Hotel kami ada di kawasan RS Elizabeth. Namanya pun hotel Elizabeth. Walaupun namanya hotel tapi lebih mirip losmen. Dengan rate 200k/malam kami mendapat fasilitas AC, air panas, dan sarapan. Kamarnya berbau apak dengan kasur yang hampir roboh waktu saya dudukin (ouch). Kamarnya termasuk luas namun terkesan tua. AC nya ngga pernah pas suhunya, selalu dingin banget. WC nya lumayan jadul walaupun sudah toilet duduk dan shower air panas. Oh ya, sarapannya pun based on request. Hanya disediakan tiga macam menu : nasi goreng, mie rebus/goreng, roti bakar. Bye makan parasmanan. Kayanya kita cuma diberi satu kali kesempatan makan deh (ini buruk buat saya yang biasanya ngga bisa menyia-nyiakan makanan saat sarapan di hotel). Kopi, teh dan air dingin disediakan di meja, tampaknya inilah hal yang bisa kami nikmati sampai kembung berkali-kali.


Contoh kamar yang kami tempati, source: http://www.viamichelin.com
Saat check in kami bertanya pada resepsionis adakah penyewaan motor di dekat sini. Sayangnya si resepsionis tidak tahu menahu soal penyewaan motor huuft. Lalu kami bertanya pada staff hotel yang mengantar kami ke kamar. Sedikit teknik lobi-lobi politik, kami menanyakan adakah salah satu staff hotel yang mau menyewakan motornya pada kami. Kami bersedia membayar sewa motor mereka. Gotcha ! kami dapat pinjaman dari salah satu staff hotel berupa motor beat seharga 75k/hari.

Leyeh-leyeh dan mandi (checked), motor buat keliling (cheked), masalah utama kembali pada duit pemirsa, yang kini tinggal 35k. Saya mau makan aja ga ada duit sampai ngemilin makaroni alf*mart sisaan di kereta semalem. Kelaparan, ga pegang duit bikin kami males-malesan lagi. Kami cuma bisa tidur-tiduran, guling-gulingan, ngontak temen yang janji mau transfer terus aja gitu sampe bego.

Menjelang maghrib saya kesel sendiri, buat apa jauh-jauh ke semarang kalo cuma diem di hotel gini. Ngakunya bekpeker baru segini udah kelimpungan. Malu dong ! Saya seret nessya menuju kelenteng Sam Po Kong. Kami tiba disana menjelang maghrib.

Komplek Klenteng Sam Po Kong terdiri atas sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng). Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan. Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan yang pernah ditinggali Sam Po Tay Djien (Zheng He). Bentuk bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe klenteng yang lain, klenteng ini tidak memiliki serambi yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po. (source : http://www.visitsemarang.com)

lights on the twilights..
Ketika mau cabut dari Sam Po Kong, penyelamat kami berupa transferan dataaang ! *sujudsyukur*. Kami langsung menuju kawasan pecinan yang terkenal yaitu Semawis. Hmmm stelah seharian kelaparan enaknya makan apa ya? Semawis sendiri merupakan sebuah jalan yang dipenuhi oleh berbagai stall dan gerobak penjual makanan. Ada beragam makanan berat seperti : soto, ayam bakar, seafood, swike, sosis bakar; cemilan-cemilan cantik seperti : churros, jelly bubble, puding-puding dengan berbagai topping, eskrim-eskrim lucu, rasanya pengen saya beli gerobak dari ujung jalan pertama ke ujung satunya.

Kami membeli salad buah (15k) sebagai pengganjal lapar starter sambil mencari main course kami. Dan satu-satunya yang menggugah selera kami adalah stall "Soto Pak Bambang". Soto nya adalah soto terenak yang pernah saya makan (entah efek kelaparan seharian) apalagi ditambah lauknya sate usus, sate kulit ayam, sate telur, kami menghabiskan 38k berdua. Menyusuri lagi jalan Semawis kami bertemu stall bacang lupa namanya, saya ingat ada salah seorang blogger yang merekomendasikan bacang ini. Ada tiga pilihan bacang, ayam, sapi dan babi. Saya tertarik yang babi, inginnya beli tapi ngga pengen tau apa yang dibeli (gimana ih??) tapi iman saya mengalahkan keingintahuan saya (halaaah). Saya beli bacang ayam ukuran kecil (yang sebenernya ukurannya lumayan) dan pas saya cicip, aduuuuhhh ini bacang terenak yang pernah saya makan (efek kelaparan seharian, lagi). Tapi suer deh, nasi ketannya pulen dan wangi. Ayam nya dicingcang halus dan gurih, kalo saya ga kekenyangan mungkin saya beli sepuluh itu bacang.

Lagi asik makan bacang, nessya beli pisang plenet. Di gerobak si abang pisang ini tertulis : PISANG PLENET. JAJANAN KHAS SEMARANG. Dibawahnya ada lagi tulisan yang membuat kami berdua ngakak : TIDAK BUKA CABANG, REBET ! wkwkwkwk rasanya pengen saya ajak berantem abangnya, buseett bikin cabang aja rebet katanya. Sombong banget dah si abang wkwk.

Abis makan kenyang, apa yang kurang pemirsa ? Es krim ! Yak, maka kami meluncur ke Toko Oen. Dari semua blog dan review yang saya baca, kayanya belum ke semarang kalo belum mampir toko oen ini.

Tokonya sendiri dari luar terlihat seperti gedung kumuh, sumpah ngga ada penampakan cafe nya sama sekali. Tapi begitu melangkah kedalam, beuh konsep jadul dan perasaan nostalgia mengambang di udara. Antik dan homey adalah kesan saya mengenai interior bangunannya. Tersedia stall yang menjajakan beraneka kue kering jaman dulu seperti lidah kucing, kue telur, kue sagu, dll.

Malam itu cenderung sepi, mungkin karena hampir jam tutup cafe, hanya ada dua keluarga dan sepasang kekasih yang sedang makan malam sambil menikmati alunan lagu lawas yang dinyanyikan oleh live music disana.


Kami memesan es krim Oen Symphony dan kue telur. Semua es krim yang ada disini merupakan es krim homemade, jadi buat kamu yang penggemar ragusa dan sejenisnya pasti suka es krim disini. Saya pribadi sih lebih suka es krim di Toko Oen ini. Oen Symphoni terdiri dari empat scoop es krim dengan katetong (lidah kucing). Roti telurnya enak, rasanya....jadul. hahah serius. Rata-rata kue yang dijual disini adalah kue-kue jadul seperti lidah kucing dan kue sagu. Nama-namanya pun masih ditulis dengan istilah belanda, Kalo bingung kalian bisa tanya waiter nya kok. Saya jatuh cinta dengan lidah kucing yang disajikan bersama si Oen Symphoni, sedangkan Nessya bm banget ingin makan kue sagu tapi males beli karena waitress yang menjaga stall kue, judes luar biasa.

Kami makan sambil ngobrol ngalor ngidul. Sebagai manusia-manusia yang baru putus cinta topiknya ngga jauh-jauh dari galau dan ingin merasakan jatuh cinta lagi *hallah* Asik deh ngegalau ditemani lagu lawas, pe-er banget ya mau ngegalau aja mesti ke semarang. Balik dari Toko Oen langsung cusss ke hotel dan istirahat untuk perjalanan besok.


Day 3 - 18 Mei 2015
Pagi harinya kami dibangunkan resepsionis yang menginfokan bahwa motor yang kami sewa mau dipinjam sebentar. Karena masih setengah sadar kami cuma iya-iya saja, yang kemudian baru kami pikirkan lagi "lah itu kan motor udah disewa ya?". Dua jam kemudian setelah kami mandi-sarapan-packing-bersiap check out, resepsionis menginfokan kembali kalau motornya tidak bisa kami gunakan lagi karena dibawa yang empunya balik ke jogja. The fuck? Ini bahkan belum 24 jam sejak kami pakai motornya dan kami sudah bayar sewa full ! (bahkan kami sudah memutuskan untuk menambah hari sewa si motor)

Lalu drama kami dimulai lagi dengan babak baru : cari motor ! Browsing-browsing, telepon sana sini, nego bla bla bla, alhamdulilah kami dapat penyewaan motor yang aduhai sekali. Tanpa uang deposit (ada penyewaan yang minta uang deposit 500k, *rolling eyes*), tanpa jaminan stnk dan sim, dan pastinya mau anter jemput kendaraan sesuai kesepakatan bersama. Huurrray !

Dengan semangat 45 kami menuju destinasi pertama, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Wiii serius deh masjid ini punya arsitektur top banget. Mirip mirip dengan gaya arsitektur Roma (dihh kek pernah ke Roma aja). Kami masuk ke dalam masjid, dimana batas suci untuk melepas sepatunya jauh banget dari masjidnya sendiri. Kami lari-lari dengan kaki melepuh, karena Semarang di siang hari panasnya ampun-ampunan (ditambah kalian berjalan bertelanjang kaki di tegel yang terus terusan dibakar panas matahari). Ada pula menara masjid yang tingginya 99 meter (melambangkan asmaul husna) namun kami tidak naik karena para pegawainya sedang istirahat.








Selesai dari masjid kami menuju Kota Lama. Review dari internet spot bagus untuk foto-foto disini adalah Gereja Blenduk yang turned out ngga bagus-bagus amat. Yaah setidaknya diluar ekspektasi kami. Lagipula kami tidak bisa memasuki bangunan gerejanya, sedih

Maka kami mengunjungi Pabrik Rokok Praoe Lajar, ini mungkin yang diproduksi semacam rokok kretek gitu ya. Tapi kami ngga moto-moto pabrik ataupun berusaha masuk kedalam pabriknya. Kami cuma bm pengen foto di pintu belakangnya aja yang ciamik hahhaa. *dilema anak instagram*





Saat perut sudah teriak-teriak minta diisi, kami melipir ke Soto Khas Kudus Mba Lien. Semua orang yang tau saya ke Semarang merekomendasikan makan disini. Ternyata rasa sotonya biasa aja pemirsah. Masih enak soto Pak Bambang di Semawis kemarin. Tapi sate kerangnya enak, manisnya juga enak. Katanya di Semarang itu punya kecap khusus yang bikin makanan endes. Kecap Mirama kalo ngga salah namanya.


Beres makan, balik lagi Kota Lama untuk visit Semarang Gallery. Setelah muter-muter dan nanya-nanya ternyata Gallery nya tutup guys ! sedih. Daripada  bete, kami melipir ke Noeri's Cafe yang terletak di belakang Gereja Blenduk.

Cafe nya asik banget deh. Kalo Oen kemarin berkesan lawas dan ada feeling nostalgic karena diisi Oma Opa, Noeri's ini bener bener old skull dan vintage. Berbagai macam radio, televisi dan kamera jadul dipajang. Miniatur vespa-vespa juga dijadikan hiasan, bahkan ada alat pemutar vinyl yang masih berfungsi !



Kemarin cafe nya sepi sekali, mungkin karena hari Senin, siang pula. Kata mbak-mbak waitress nya di area dalam cafe sudah dipesan untuk seminar para dosen di Undip dan komunitas yang menggalang aksi #savepasarjohar yang kemaren kebakaran itu. Kami cuma ngopi-ngopi cantik sambil foto-foto lalu pulang karena masih harus check-in hotel. Ups, sebelum sampai hotel kami mampir sebentar ke Sam Po Kong karena kemarin belum puas hunting foto karena keburu malam.




Kali ini kami menginap di Sisingamangaraja Guest House, walaupun embel-embelnya guest house kamarnya seperti hotel. Dengan rate 290k kami sudah mendapat kamar AC plus sarapan. Kamarnya wangi, handuknya wangi, sarapannya cukup variatif dan enak, dan yang paling penting, ada kolam renangnya ! yuhuuuu !

Gambar diambil dari : http://berita.suaramerdeka.com/


Setelah leyeh-leyeh sebentar, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Marina Semarang. Jauh-jauh kesini untuk apa pemirnsa? cuma mau hunting foto di bianglala PRPP dan makan cantik di cafe Du Potrait. Duuuhh, buat yang gatau coba deh cek instagram nya @hangoutsemarang. Secara kan kita anak gaul abis, jadi tempat-tempat paling hits di kota itu harus kita datengin. Walaupun itu berarti, naik motor dari ujung ke ujung dan perut kelaparan parah karena baru diisi soto seempret dan ga boleh berhenti makan sama nessya karena takut keburu malem dan ga dapet momen kaya di Sam Po Kong lagi. Duh, jadi anak gaul itu nyiksa men !


Bianglala PRPP itu cuma bianglala kaya di pasar malem biasa aja sebenernya. PRPP itu sendiri kayanya bekas taman ria gitu deh tapi udah ga beroperasi. Tempatnya sepi dan banyak wahana-wahana terbengkalai. Bahkan ada semacam taman yang keren tapi jadi penuh semak belukar sekarang. Apalagi suasananya menjelang maghrib, saya jadi keingetan film-film zombie gitu. Tinggal nunggu aja dari pojokan belakang sana ada zombie yang tetiba lagi sprint nyari daging dan otak.


Pantai Marina nya sendiri, cuma sebegitu doang. Saya ngga bisa ngasih komentar lebih sih, secara saya kesana udah gelap. Tapi jangan salah, gelap-gelap begitu justru pantai rame banget sama pasangan yang lagi asik mojok di tempat-tempat tergelap. Tidak tahukah mereka, bahwa kejahatan selalu menunggu di tempat-tempat tergelap dunia ? *kebanyakan baca novel, tampar* sepengamatan saya sih pantai nya ga ada pasir-pasirnya. Mirip-mirip pantai losari, ini laut dangkal yang berbatasan dengan daratan.

Cukup tiga menit kami meninggalkan lokasi pantai dan menuju cafe yang lagi happening banget diantara photographer, instagramer, dan netizen semarang. Du Portrait Resto & Cafe. Aduuuh ini cafe cantik banget, didekor sedemikian rupa jadi selain homey berasa sweet vintage yang cantik. Setiap detail diperhatikan dengan baik. Pemilik cafe yang katanya fotografer ini jago banget deh di urusan dekor mendekor.



Tampaknya, cafe ini juga jadi ajang kumpul para fotografer Semarang. Saya lihat di semacam "mading" yang ditempeli berbagai artikel, brosur, dan ada foto-foto yang dipajang. Kami memilih duduk di lantai dua, banyak foto yang kemungkinan berlatar belakang di India yang wow bagus banget dipajang di dindingnya. Oh iya interiornya yang manis ini mengingatkan saya akan rumah-rumah Inggris yang saya lihat di pelem-pelem.



Waiter nya menginfokan kalo disini bisa dijadikan tempat photo prawed gratis tanpa ada minimum order atau apapun. Enak ya, masalahnya jodohnya aja belum ketemu :(. Kami memesan makanan, semacam ayam dengan creamy sauce gtu. Lumayan enak tapi sama sekali ngga mengenyangkan karena dimakan berdua. Sengaja karena kita mengincar makan malam di Simpang Lima.

Akhirnya menuju simpang lima untuk tujuan sebenarnya, MAKAN ! Duh karena kelamaan foto-foto dan dijalan saya keburu kembung dan mual. Lagipula di simpang lima ngga ada makanan yang aneh, saya keliling-keliling makanannya gitu-gitu aja. Ayam goreng, soto, sate, nasi goreng, hmmm ga selera. Berakhir dengan makan ayam goreng yang biasa aja. Lalu menuju lumpia Mba Lien disamping Toko Oen karena saya bm ingin makan lumpia. Lagi semangat-semangat nya ingin makan lumpia, tetiba nessya bikin suasana rusak dengan ngasih info mantan saya yang lagi kesambet cewe baru yang punya hobi sama naik gunung. Duh itu lumpia yang udah terlanjur masuk tenggorokan rasanya ingin naik lagi. Mana nessya banyak omong banget lagi ga berenti berenti cerita, ngga jelas deh rasa itu lumpia. Mungkin rasanya bisa disebut pedih dan miserable.

Balik ke hotel, kami berenang untuk memulihkan rasa pegal-pegal. Uh enak banget berenang tengah malem. Badan rasanya jadi rilex lagi. Nangis diam-diam dalam kolam renang pun ga akan ketauan. Lewat tengah malam kami tidur untuk melanjutkan perjalanan besok.


Day 4 - 19 Mei 2015
Hari terakhir di Semarang, sambil sarapan kami mereview lagi destinasi mana dalam itinerary yang belum kami kunjungi dan mana yang harus di skip karena keterbatasan waktu. Setelah berenang-renang (lagi) kami check out dan menuju Semarang Gallery yang kemarin tutup.

Sebelumnya kami mampir di Lekker Paimo, makanan ini saya liat banyak sekali yang merekomendasikan bahkan masuk di review Trip Advisor. Padahal abangnya cuma jualan di gerobak, tapi yang ngantri banyak bener. Belinya bukan cuma satu dua lagi, belasan bahkan puluhan lekker yang dipesan satu orang. hmmmm saya aja harus menunggu sekitar 40 menit untuk bisa mendapatkan lekker saya.

Kalian tau lekker ngga? gimana ya ngejelasinnya. Katanya sih makanan ini udah ada dari dulu, tapi yang familiar buat kita mungkin seperti crepes ya. Kulit lekker yang tipis dan renyah diisi dengan topping manis ataupun asin. Untuk topping manis, bisa pilih coklat, pisang atau susu. Sedangkan yang asin, bisa berupa tuna, telur, sosis bahkan keju mozarella ulalala.

Lekker Sosis Mozarella yang endeeuuss
Nessya beli lekker coklat, pisang, keju, mayonaise. Saya beli lekker sosis mozarella dan request pedas. Begitu lekker di tangan hmmm tampilannya menggoda apalagi si keju mozarella nya. Tapi aduh saya menyesal minta pedas. Ini sambelnya nampol banget pedasnya nendang. Lidah saya sampai mati rasa. Saya suka pedas, masalahnya kalo kepedesan gini mana saya tau rasa lekker aslinya.

Di Semarang Gallery, kami dikenakan tiket masuk 10rb/orang. Ternyata bangunan Semarang Gallery ini tadinya merupakan salah satu bangunan tua di Kota Lama yang dipugar menjadi sebuah Art Gallery. Berbagai lukisan dan karya senin dipamerkan disini. Sepertinya lukisan dan karya seni lainnya diganti dalam jangka waktu tertentu. Karena saya perhatikan baik di brosur maupun di instagram banyak karya seni yang tidak saya jumpai kemarin.












Beres dari Art Gallery kami menuju stasiun Poncol. Motor sesuai perjanjian di jemput di stasiun tepat waktu ! hebat. Ketika kereta Tawang Jaya yang mengantarkan kami kembali ke Jakarta, disitulah perjalanan kami di semarang berakhir. See you again Semarang.... 
















9 comments:

  1. Blognya simpel dan elegan. jadi gak ngebosenin.
    Kalau orangnya mungkin juga gak ngebosenin deh :D

    We Indonesia

    ReplyDelete
  2. waaaahhh makasih loh udah dateng berkunjung hoho.
    makasih juga atas pujiannya (semoga iya saya bukan tipe orang yang ga ngebosenin ya)
    sering sering mampir lagi ya kaka :p

    Ayu

    ReplyDelete
  3. boleh minta nomor sewa motor yg tanpa uang 500rb kah ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo Andre,

      Maaf untuk late reply nya, bisa di contact di nomor 0858 7549 1504 / 0812 5142 8468.
      Saya lupa nama bapaknya, tapi baik kok.

      Salam liburan

      Delete
  4. holaaaaa. yeay this is my first time ever visiting your blog, gue butuh niat selangit untuk baca blog lo demi apapun. haha maakeun. tapi setelah baca ngiri parah pengen nulis juga tapi belom kesampean. seruuu, ciamik.

    semarang jadi pertama kali gue baca karna ada gue dimana mana, dan foto gue tentunya. gilak ngakak lagi parah pas bagian si abang2 pisang plenet yang teks gerobaknya "gak buka cabang, Rebet!" hahahaha

    kangen banget gak sih city tour lagi berdua dengan ego yang sama2 sama, obsesi yang sama, ah. lagi yuk. jogya-solo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. mmmm HELLOOO !!! anda kemana aja ? Ini postingan udah berapa abad lalu ngga? Ya Allah, baca blog gue aja susah banget apa kabar buku yang suka lo tenteng tenteng itu ? *uhuk*pencitraan*uhuk*

      yuk dong plisss city tour lagi. gue sakaw kurang jalan jalan.
      pengen yogya-solo :(

      Delete
  5. wah tulisannya menginspirasi sekali buat saya yang lagi cari referensi karna pertama kali mau ke semarang, btw mau tanya itu foto yang berdua yang fotoin siapa ya kok tetep bagus hahaha! mengingat kalo trip berdua kan pasti harus gantian foto

    ReplyDelete
    Replies
    1. hallo riska !
      senangnya bisa bantu inspirasi lewat tulisan haha. yups, kesusahan kalo jalan berdua itu ngga ada yang motoin bareng. Oleh karena itu kami bawa TRIPOD !
      Yeay, berguna banget deh sungguh. Ngga usah susah susah nyenderin hape buat dapet shot berdua :p

      Delete
  6. wah asiknya, jangan lupa ke jogja ya danRental Motor jogja di tempat kami heheh, salam kenal

    ReplyDelete

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com