Friday, June 5, 2015

Travelling ke Belitung

5


*NOTE : Postingan ini sudah nangkring di draft saya sekitar setahun lalu. Jadi maap maap aja kalo masih ada yang diaku-aku pacar*

LDR an itu emang ngga enak. LDR an itu emang susah. Tapi, enaknya LDR itu ketika ketemuan setelah berbulan bulan berpisah. Apalagi kalo ketemuannya ditempat si pacar, yang artinya LIBURAN !! Ditambah kalo pacarnya lagi kesambet untuk beliin tiket PP, maka nikmat tuhan manalagikah yang kau dustakan !! Jadi berangkatlah saya menggunakan maskapai sriwijaya air menuju rumah Lintang, salah satu tokoh di novel best seller Laskar Pelangi. Yups, saya mau mengunjungi pacar di Belitung.

Kesan pertama tentang Belitung, PANAS BO ! Ampun ampunan deh. Kesan kedua adalah SEPI. Dengan jalanan mulus beraspal, sepanjang jalan menuju tujuan pertama saya Manggar, saya jarang sekali berpapasan dengan mobil/motor/truk atau apapun di jalanannya.
Setelah seharian makan istirahat, cerita-cerita, gossip, sorenya kami mengunjungi Vihara Dewi Kwan Im di daerah Pantai Burung Mandi, Manggar. Konon Vihara ini adalah vihara tertua di Belitung. Kami datang sekitar pukul 5 sore. Vihara nya sepi sekali, Cuma kami berdua pengunjung nya. Bangunannya besar dan mewah. Pemandangan di puncak vihara juga tak kalah bagus, berlatar hutan dengan pamandangan laut dari kejauhan.



Keeseokan harinya, kami mengunjungi beberapa pantai lokal di Manggar. Saya kaget bukan kepalang ketika ditunjukan nelayan yang menjaring ikan hingga ketengah tengah laut dengan berjalan kaki. Yap, Jalan kaki. Tanpa perahu atau pelampung atau apapun. Ternyata perairan Belitung termasuk cukup dangkal sehingga para nelayan bsa menjaring ikan cukup jauh dari bibir pantai dengan kedalaman hanya sepinggang orang dewasa.

Selain itu, saya menemukan rambu dengan gambar orang sedang jongkok dan ada gambar kotoran di bawahnya. Gambar tersebut diberi tanda coret besar yang artinya di larang. Huh ? Dilarang buang air besar di pantai ? Adakah ? Saya jadi parno dan selalu mengecek tempat saya duduk-duduk leyeh-leyeh sambil makan rujak.




Seharian itu saya habiskan mendengarkan pengalaman pacar selama bekerja di Belitung. Tentang kesehariannya, resiko pekerjaannya (seminggu sebelum saya datang, ada temannya yang meninggal terkubur runtuhan tambang), juga ceritanya panen kepiting muara sebesar 1kg, hingga dikejar oleh buaya muara *glek* kok jadi seperti di Australia ya.

Tengah hari kami pergi ke daerah Gantong untuk mengunjungi SD Muhammadiyah yang terkenal dalam novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata itu. Sambil mencari kami mampir ke Bendungan Pice yang terkenal. Entah terkenalnya karena apa, yang jelas ketika saya browsing tempat wisata di Gantong, seseorang menyarankan mampir kesini.



Sambil minum es kelapa muda, kami ngobrol-ngobrol dengan penjaga warung di pinggir Bendungan.

“Mbak, disini ada apa aja sih selain err Bendungan ?”

“Wah saya kurang tau mbak, saya juga baru disini. Tapi sih kata orang di sekitaran pusaran bendungan disitu banyak buaya muara yang berkumpul”

Saya menelan ludah, ada apa sih dengan Buaya dan Belitung ? Tapi bukankah di novel Laskar Pelangi juga sering disebutkan Lintang yang dicegat buaya ketika hendak pergi ke sekolah ? Yang patut disyukuri adalah saya tidak perlu bertemu para buaya dan suaminya hingga pulang kembali ke Jakarta.


Ternyata lokasi SD Muhammadiyah a.k.a SD Laskar Pelangi tersebut tidak terlalu jauh dari bendungan pice. Kami menatap miris pada bangunan bersejarah yang bobrok dan tampak terabaikan itu. Apakah ini efek komersil dari pembangunan SD Muhammadiyah replika yang mulai booming sejak novel Laskar Pelangi difilmkan? Entahah, yang pasti saya berharap pemerintah Belitung mulai memperhatikan lagi bangunan-bangunan bersejarah macam ini.

bukan mau sok cantik tapi ada lebah terbang ngebut lewat muka saya disini


Malam harinya saya jadi anak gaul Manggar. Saya diajak nongkrong disalah satu warung kopi. Yap Manggar memang dikenal dengan kota seribu kopi, atau warung kopi ? Masyarakat Manggar sini bangga akan kopi mereka bahkan sampai dibangun tugunya segala. Warung kopi disini memang menjamur banget dan jadi favorit penduduk lokal. Jangan bayangkan warung kopi ala ala setarbak. Ini warung kopi beneran. Bener-bener warkop yang dinding bangunannya kebanyakan dari bilik, meja kayu besar dan bangku pelastik dan disudut-sudut warung banyak bapak-bapak yang asik main kartu (atau judi). 

Warung-warug kopi ini menjadi labuan para pekerja tambang yang mencari segelas kehangatan sehabis lelah bekerja (ceilah) baik penambang lokal maupun imigran dari kota lain. Tampaknya juga warkop-warkop ini adalah base anak-anak muda yang mau ngumpul-ngumpul asik se-geng. Kopinya sendiri? Saya ga coba karena beresiko mencret, maka saya pesan soda susu aja.

Esoknya adalah puncak petualangan kami. Time to be anak pantai mameeen ! *dadah dadah sama Manggar dan segala rawa, buaya, tambang liar, dan warung kopinya*. Kami berangkat dari Manggar sekitar pukul 7 pagi dan tiba di daerah pantai pukul 10 pagi. TIGA JAM guys waktu yang kami tempuh, TIGA JAM melewati jalan mulus beraspal yang kosong melompong, TIGA JAM  hanya berhenti sebentar untuk isi bensin di warung eceran. Jauhnya Allahu Akbar ! Tapi semuanya terbayar ketika memasuki darah Tanjung Kelayang yang dari jauh pemandangan lautnya subhanallah sekali.
Kami menuju Tanjung Binga menuju resort kami, Bukit Berahu Cottage. Petunjuk jalan menuju resort tidak terlalu jelas, jadi sebaiknya bertanya pada penduduk sekitar yang pasti akan dijawab dengan ramah (walaupun bahasanya sulit dimengeri dan ujung-ujungnya bikin bingung juga) tapi mereka baik-baik banget *sungkem*

Kalo ke Belitung saya rekomendasikan Bukit Berahu Cottage ini deh. Harganya terjangkau dengan fasilitas yang oke punya. Bahkan punya bonus pantai pribadi yang langsung menghampar di depan kamar. Aduuuh bagus banget. Kamarnya sendiri berupa cottage yang terpisah-pisah. Hanya tersedia 5/6 cottage jadi sebaiknya pesan dulu sebelum kesini (yang mana sulit banget buat dilakukan karena minimnya informasi mengenai kontak si resort ini, sekalinya dapet nomor hp managernya yang saya teleponin 3x sehari selama dua minggu sebelum keberangkatan, ga pernah diangkat).

tolong abaikan anduk dan segala macam itu
Begitu masuk area hotelnya (yang agak nanjak) kami dihadapkan langsung pada restaurant. Lah mana cottage nya? Ternyata restaurant ini merangkap resepsionis. Dekat restaurant nya juga ada kolam renang yang langsung menghadap laut lepas. Cottage nya sendiri ada dibawah yang mana harus melewati tangga setan buat menuju ke kamar. Saya sebut tangga setan karena pe-er banget kalo kemana mana (apalagi habis berenang) mesti naik turun tangga. Tapi itu semua dimaafkan karena kamar-kamar tamu jadi berasa private banget. Jauh dari segala kebisingan dan yang pasti dia punya pantai pribadi ! haha iya tau udah saya sebutin dua kali.

My own beach ! haha
mau makan, mau jalan semua harus lewat sini

Sehabis istirahat, kami menuju pantai tanjung kelayang. Ini adalah titik tolak perahu-perahu yang disewakan untuk hopping island ke pulau-pulau kecil di Belitung. Ada banyak pulau kecil yang tersebar di perairan belitung dan menjadi favorit wisatawan. Kami sendiri hanya mengunjung tiga pulau.


Pulau pertama adalah Pulau Lengkuas. Salah satu trademark Belitung karena pulau ini punya mercusuar yang sering mejeng dibungkus oleh-oleh Belitung. Kami beruntung karena bangkrutnya Batavia air (maskapai ke Belitung hanya ada Batavia dan sriwijaya air) wisatawan sedang berkurang drastis. Bayangkan di pulau itu hanya ada kami berdua sebagai tamu ! Ahhh I love it


Kami mencoba naik ke atas mercusuarnya dan ternyata cape banget pemirsa. Naik tangga terus dan terus. Rasanya lagi ada simulasi kebakaran di gedung tapi kebalik bukannya turun malah naik. Tapi pemandangan dari atas bener-bener membayar semua marah-marah saat naik tadi. Superb banget dah ! T.O.P B.G.T




Acara selanjutnya adalah snorkeling di sekitaran pulau lengkuas ini. Visibility nya bagus banget walaupun kerang-kerangnya cukup dalam. Dan saya cukup tolol dengan menyewa hanya satu life jacket (sok jago berenang padahal panik sendiri begitu liat lautnya dalem). Acara snorkeling hanya berlangsung 15 menit karena pacar saya mabok terlalu banyak minum air laut (lagian pake diminum segala deh).

Pulau selanjutnya adalah pulau burung. Disebut pulau burung karena adanya batu besar yang nampak seperti burung garuda di dekatnya. Pulau ini juga sama tak berpenghuninya. Sama seperti pulau lengkuas, hanya ada satu orang penjaga pulau yang lagi anteng ngerokok saat kami tiba.



Pulau terakhir adalah pulau kepayang. Beda dengan dua pulau tadi yang sepi-sepi aja, disini terdapat dive center dan konservasi penyu ! Yang mengelola konservasinya ternyata alumni dan mahasiswa universitas-univeristas di pulau jawa. Di pulau ini kami menemukan starfish, ketemu penyu-penyu unyu, lihat lubang bekas telur-telur penyu dan menikmati sunset terbaik dalam hidup saya. Oh iya disini juga disediakan cottage untuk wisatawan yang mau menginap, dari cottage milik penduduk lokal dengan rate 400rbu/malam hingga yang dikelola bule dengan range 1-2juta/malam.

 

 

     


   

   


Hari terakhir saya di Belitung, saya diajak ke pantai tanjung tinggi. Tampat syuting film laskar pelangi dan sang pemimpi. Pantai-pantai di belitung itu adalah pantai tercantik yang pernah saya kunjungi. Air lautnya biru jernih dengan gradasi warna yang memukau. Pasirnya selembut bedak bayi, malam-malamnya bintangnya terang dan pastinya ditemani pacar yang hampir setengah taun ga ketemu.






Saat pesawat saya boarding menuju Jakarta, saya harus menelan kekecewaan akan alam Belitung yang dilihat dari atas langit bolong-bolong akibat penambangan timah liar. Saya berharap manusia-manusia tidak bertanggung jawab itu akan terbuka matanya dan melihat bahwa Belitung itu cantik dan tak pantas diperlakukan semena-mena seperti itu.

Yahh.. mari berharap.

Bye Belitung.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com