Friday, March 4, 2016

Hello Wakatobi Part 2

8


Inget ga saya pernah cerita tentang trip ke wakatobi? Nah ini lanjutan dari post kemarin

Day 4
Kami sarapan sebelum check out dari penginapan Abi Jaya. Lalu kami diantarkan menuju pelabuhan Usuku untuk menumpang kapal ke pulau Kaledupa. Cuaca lagi-lagi tidak bersahabat membuat saya ajrut-ajrutan di kapal, antimo mana antimo ?? Biaya perjalanan Tomia ke Kaledupa dibandrol 75k/orang aja. Dikarenakan Tomia adalah pulau terjauh yang kami tempuh dari wanci, sedangkan Kaledupa ada di tengah-tengah Tomia dan Wanci.


Kami ke Kaledupa hanya transit untuk menuju destinasi sebenarnya, Pulau Hoga. Duh, Hoga merupakan destinasi impian saya karena saat liat foto-fotonya di internet peutjaah banget.Kaledupa sendiri merupakan pulau yang lumayan besar. Ada beberapa perkampungan penduduk yang menyebar di beberapa tempat. Selebihnya masih dipenuhi hutan-hutan. Kami masih harus menumpuh jarak sekitar 30-60 menit lewat darat untuk mencapai pelabuhan yang mengantarkan kami ke Hoga.

source from google
Tiba di pelabuhan tersebut, banyak kapal kecil yang menawarkan jasa antar ke pulau Hoga. Mereka menyebut diri mereka "ojek kapal". Kang ojek nya bisa bawa 6 penumpang sekaligus hoho. Biaya nyebrang dibandrol 25k. 

Disini nih drama dimulai. Hoga dimusim angin barat ini sama mengecewakannya dengan pulau-pulau lain di wakatobi. Abu-abu, banyak sampahan rumput laut dan ranting kayu juga pecahan karang. Dan dipulau ini hanya kami turis yang berkunjung, eng ing eng. Teman-teman saya langsung dilanda panik dan badmood. Ada yang panik karena parno jadi orang terbuang di deserted island. Ada yang bete karena tidak sesuai ekspektasi, yang ngga kenapa napa pun jadi ikutan bete, jadi ikutan baper. Ampun dah...





Di Hoga kami bertemu dengan Pak Jamal. Beliau orang lokal yang menyewakan penginapan dan guide lokal untuk diving juga.

Kami menyewa cottage dengan view langsung ke laut dengan rate sekitar 400k include makan malam. Well, saya agak akui juga kalo suasana lumayan creepy. Kami berempat jadi satu satunya tamu Pak Jamal. Ratusan cottage tersebar disekitar kami, dengan keadaan yang... yah well, tidak terlalu baik. Di bulan Mei-Juni ketika musim turis tiba tentunya cottage ini penuh berjejalan. Tapi saat ini dikelilingin ratusan cottage tua yang sebagian tampak mau roboh, ditambah banyak kadal ajaib *sebut saja biawak, tokek segede alaihim, dan teman-temannya*, dengan cuaca yang terus menerus abu-abu membuat kami cranky seharian.

Rencana berenang cantik, snorkling ataupun diving semua dibatalkan karena mood yang tidak mendukung. Kami kesulitan mencari air mineral dan ngga ada warung sama sekali buat jajan, taulah emak emak ini gatel kalo mulutnya ga ada yang digiling. Semua rencana leyeh-leyeh dan senang-senang gagal total. Semua orang mood nya jelek banget, maka diputuskan kami berangkat subuh besoknya juga untuk kembali ke Wangi-Wangi.




Hufft, tak mau rugi saya berusaha maksimal menikmati pulau ini. Jalan-jalan menyusuri jalan setapak di antara rimbunan cottage yang terbengkalai, lalu ada komodo eh biawak cukup gede melintas, buru-buru balik badan kembali ke arah penginapan. Mau foto-foto, langit lagi sendu banget memberi warna abu-abu yang tidak ada habisnya. Baiklah mari berenang diantara ribuan rumput laut yang terbawa hingga tepi pantai. Asumsi pantai sepi karena tidak ada pengunjung lain, saya berani berenang ber BH ria. Tak sampai 5 menit, datang perahu dari pulau Kaledupa sana dengan SEROMBONGAN pria berbagai macam usia yang mau PIKNIK ! iya PIKNIK yang sering saya agung-agungkan itu membawa situasi paling goblok dalam hidup saya. Saya ngga sempet kabur karena baju saya ada di tepi pantai dan saya berenang agak di tengah. Sebagian rombongan sudah ada yang turun dan bongkar muatan untuk bakar ikan, sebagian udah ada yang main bola aja. Sedangkan saya? terjebak dan ga berani menampakan diri lebih dari kepala. Saya berusaha menenggelamkan diri tapi airnya dangkal *sigh*, akhirnya saya menunggu wita datang membawakan baju dengan perasaan amat gondok. Saya tau dan bukan sok kepedean kok. Tau kalo masyarakat sana pasti udah sering banget liat bule berbikini seliweran. Tapi badan saya ga sebagus bule, dan saya takut mereka malah pada sakit mata liatnya. Kemudian nanti saya dituntut karena dianggap meresahkan warga, kemudian nanti warga berbondong-bondong datang bawa obor dan garpu tusuk buat bakar saya.

Oke sedikit berlebihan.

Akhirnya saya menghabiskan sore itu dengan duduk diatas batu karang depan kamar, merenungi arti hidup dan makna nya sambil menatap lautan yang kelabu. *lupakan*




pemandangan depan kamar, abaikan jemuran
Esok subuhnya, kami menyegat kapal yang hendak ke Wangi-Wangi di dermaga pulau Hoga. Bye Hoga *dadah-dadah* mungkin sisi positif dari semua ini adalah saya disuruh berkunjung lagi ke wakatobi di lain waktu untuk menikmati hoga yang sedang indah-indahnya.

Tiba di wanci, kami segera berkeliling mencari dive center untuk diving lagi. Diving itu ternyata, NAGIH. Persis kek mecin. Setelah berkeliling dan mengunjungi beberapa dive center, pilihan jatuh pada The Berandals dengan dive center mereka Wakatobi Dive Adventure. Setelah kenalan dan ngobrol-ngobrol kami sepakat untuk diving besok pagi apabila cuaca sudah cerah. Maklum musim penghujan, penuh dengan rintihan-rintihan air hujan. Waktu itu untuk discovery diving kena berapa ya? Sekitar 400k deh lupa.

Eh iya, you should check their instagram feed disini. Yang bikin saya ngiri setengah gila karena fotonya bagus-bagus. Lalu kenapa yang saya ngga ? Why God why ????????

Menghabiskan waktu hari itu, kami jalan-jalan ke mata air yang konon katanya orang yang cuci muka disana bakalan awet muda. Rrrr really? ? Lalu kami melanjutkan ke Benteng Liya, disana ada sisa-sisa benteng pertahanan Liya jaman dahulu kala. Masih ada meriam nya segala kalo ngga salah. Ada masjid juga yang merupakan salah satu masjid tertua di wangi-wangi.

Matahari sempat muncul dan membuat cuaca cerah. PYARR suasana hati langsung berubah dan bawaanya pengen berendem. Apa daya ketika sampai ke pantai terdekat ternyata tempatnya semacam teluk gitu dan enak buat berenang. Lalu awan mulai berkumpul dan mendung lagi, duh !


squad *abaikan perut saya yang lipat tiga*
Esoknya, kami berkumpul untuk diberi briefing sebelum diving di dive center wakatobi dive adventure. Lalu menuju spot penyelaman disekitar pulau kapota.  Untungnya cuaca lumayan bersahabat, walaupun tidak cerah setidaknya hujan yang sejak pagi mengguyur telah berhenti.

Hay Kak Seto ! 
Tidak seperti kemarin, kali ini kami turun langsung berempat karena buddy nya pun ada 4-5 orang. Tidak seperti kemarin juga kali ini saya kecewa dengan pemandangan bawah lautnya. Berbeda dengan mari mabuk yang dipadati karang yang betebaran, di sekitar Kapota ini membentuk wall, dan tidak sewarna warni mari mabuk. Ikan yang saya liat juga kurang bervariasi (atau saya yang tidak memperhatikan?) abis keburu sebal dengan air laut yang ga keceh, buram, jarak pandang ga sejernih seharusnya. Banyak pasir atau entahlah yang bertebaran dan mengganggu pandangan. Berkali-kali juga masker saya kemasukan air sehingga harus terus clear mask. Teman saya sih banyak menemukan spesies lucu sebut saja lion fish dan nudie branch. Saya ga liat deh hadehh.

Saya ga konsen mungkin karena mikirin foto. HAHAHA. Kebetulan the berandals ini punya kamera kamera keceh buat underwater foto, Jadi saya maunya foto-foto aja. Tapi entah kenapa ketika saya 'dipajang' untuk difoto ngga pernah bisa diem. Pantat selalu menukik keatas hufft sampe buddy saya Akas kewalahan buat bantuin pose. Dan tau ngga katanya kenapa? Karena saya kegendutan ! Whaattt ???? Hih pengen saya kasih kaca. Hey Om Akas, kalo baca postingan saya ini ngaca bareng yuk, gede gedean perut *nangis bombayy*







Selesai diving kami mampir ke pulau kapota buat liat danau disana. Untuk mencapai danau ini kita melewati jembatan persis kaya di hutan mangrove. Dan ketemu uler segede gaban lagi ngaso di tengah jalan. Lagi apa atuh ular teh ? Biar apa ngalangin orang jalan? Padahal kalo dipikir-pikir malah kita ya outsider yang ganggu, si ular mah penghuni asli itu pulau kali.



Yah itulah segilintir kisah saya di wakatobi, perjalanan jauh pertama saya. Mungkin nanti kalo mood nulis udah datang lagi saya sharing cerita derawan ya.

Kalo mood...

8 comments:

  1. Samina mina e e
    Waka waka tobi

    Nyusul aahhh...

    Entah kapan... .. .
    .
    .
    ...
    . . .
    ..
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. nyusul lah, derawan aja udah nyusul. wakatobi doang mah ah elaah

      Delete
  2. Kayanya disitu leweung banget ya sist. Hupir kek nya kalo bawa anak umur 2 taun wkwkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkkw ngga se leweung derawan. cuss ka pulau seribu weh mawa budak mah. deket

      Delete
  3. Rame juga, terus orang jadi tau kalo mau datang ke wakatobi jangan pas musim penghujan, nanti nya baper kaya yg nulis bhahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. baper banget ngga gue hahaha, jadi kapan jalan jalan?

      Delete
  4. mbakkk, tempatnya bagus yahhh....pengennn.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. ish bagus banget emang. Tapi ini nih salah satu alasan terbesar tabungan saya yang raib.
      Jalan jalan di Indonesia mahal makkk :( banyak mau nih pusing berbie

      Delete

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com